Dalam praktik profesional, berpikir dan bertindak jarang berjalan terpisah. Keputusan sering harus diambil di tengah situasi yang hidup, ketika konteks berubah dan respons perlu disesuaikan. Tidak selalu ada waktu untuk menunggu semuanya menjadi jelas. Justru di momen seperti inilah kualitas berpikir menjadi penentu.

Pemahaman inilah yang dirumuskan oleh Donald Schön melalui konsep reflective practice. Schön melihat bahwa inti kerja profesional bukan terletak pada penerapan aturan semata, melainkan pada kemampuan berpikir di dalam tindakan itu sendiri. Ia membedakan dua bentuk refleksi yang saling melengkapi, yaitu reflection-in-action dan reflection-on-action.

Reflection-in-action terjadi ketika seseorang membaca situasi dan menyesuaikan tindakan saat proses sedang berlangsung. Berpikir tidak datang setelah tindakan selesai, tetapi menyertai tindakan itu sendiri. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan, jeda kecil muncul. Jeda ini cukup untuk melihat kembali apa yang sedang terjadi, menimbang ulang pilihan, lalu menyesuaikan langkah berikutnya.

Pendekatan ini selaras dengan cara otak manusia belajar. Ketika pengalaman menghadirkan ketidaksesuaian antara harapan dan realitas, otak melakukan penyesuaian. Reflection-in-action memberi ruang agar penyesuaian ini terjadi secara sadar, sehingga pembelajaran berkembang bersama tindakan, bukan menunggu evaluasi di akhir.

Sementara itu, reflection-on-action terjadi setelah pengalaman berlalu. Di sini, pengalaman ditinjau kembali untuk memahami apa yang terjadi, mengapa respons tertentu diambil, dan apa yang dapat dipelajari darinya. Kesalahan tidak diperlakukan sebagai kegagalan, melainkan sebagai informasi yang bernilai. Informasi ini membantu menata ulang strategi dan memperkaya pemahaman untuk situasi berikutnya.

Di dalam reflective practice, jeda memiliki peran penting. Jeda membuka kesempatan untuk membaca makna dari situasi yang sedang dihadapi. Pertanyaan pun bergeser, dari sekadar “apa langkah selanjutnya” menuju “apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan mengapa respons ini muncul”.

Seiring waktu, dampak reflective practice terlihat dalam perubahan kecil yang konsisten. Respons menjadi lebih tenang. Pilihan menjadi lebih terbuka. Keputusan diambil dengan pertimbangan yang lebih menyeluruh. Pembelajaran tetap hidup karena bertumpu pada pembacaan situasi yang cermat, bukan pada pengulangan kebiasaan lama.

Ketika reflection-in-action dan reflection-on-action menjadi bagian dari kebiasaan berpikir, unlearning bergerak secara alami. Bukan sebagai upaya melepas secara paksa, melainkan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Refleks lama tidak dihapus, tetapi tidak lagi memegang kendali penuh.

Sebagai kerangka berpikir, reflective practice memperkuat profesionalisme. Ia memungkinkan tindakan yang lincah tanpa kehilangan arah, serta keputusan yang tegas tanpa kehilangan kedalaman pertimbangan. Di sinilah refleksi, pembelajaran, dan pengambilan keputusan bertemu sebagai satu proses yang hidup dan terus berkembang. #RW

Leave a comment

Trending