Setelah unlearning dipahami sebagai proses yang membutuhkan kesadaran dan penopang, pertanyaan berikutnya menjadi lebih konkret. Jika unlearning perlu dijaga agar tidak kembali ke pola lama, alat bantu seperti apa yang benar-benar mampu menopang proses tersebut secara sadar?

Di sinilah Universal Design for Learning (UDL) mulai relevan.

UDL tidak hadir sebagai metode baru yang harus diikuti langkah demi langkah. Ia juga bukan kerangka yang menggantikan penilaian profesional. UDL hadir sebagai alat bantu berpikir, sebuah cara untuk membantu membaca situasi belajar dengan lebih jernih sebelum keputusan diambil.

Dalam praktik pembelajaran, banyak keputusan sering diambil berdasarkan asumsi yang terasa umum. Apa yang dianggap cocok untuk sebagian besar peserta didik kerap dijadikan patokan. Masalahnya, asumsi semacam ini mudah menguatkan kembali pola lama yang justru sedang berusaha dilepaskan.

UDL membantu menggeser cara pandang tersebut. Ia mengajak kita melihat bahwa variasi bukanlah pengecualian, melainkan kondisi dasar manusia. Perbedaan dalam cara memahami, terlibat, dan merespons pembelajaran bukan gangguan yang perlu diseragamkan, tetapi informasi penting yang perlu dibaca.

Sebagai alat bantu berpikir, UDL tidak bertanya metode apa yang paling tepat digunakan. UDL justru mengajak bertanya: variasi apa yang sedang muncul, dan bagaimana respons terhadap variasi tersebut dapat dibuka tanpa langsung dikunci pada satu cara.

Pendekatan ini sejalan dengan proses unlearning. Unlearning meminta kita menahan refleks lama. UDL membantu menjaga penahanan tersebut dengan menyediakan struktur pertanyaan yang lebih sehat. Alih-alih kembali pada solusi cepat, UDL memperluas cara membaca situasi sebelum keputusan dibuat.

Penting untuk dipahami bahwa menggunakan UDL tidak berarti menyiapkan pilihan secara berlebihan. UDL bukan tentang menambah beban atau kompleksitas. Ia tentang membuat keputusan yang lebih sadar dengan mempertimbangkan keberagaman sejak awal, bukan setelah masalah muncul.

Dengan UDL, perhatian tidak hanya tertuju pada apa yang diajarkan, tetapi juga pada bagaimana manusia berinteraksi dengan pembelajaran. Cara seseorang terlibat, memahami, dan mengekspresikan pemahaman diperlakukan sebagai bagian dari proses belajar, bukan sebagai variasi yang perlu ditangani belakangan.

Dalam konteks unlearning, UDL berfungsi sebagai penyangga. Ia membantu memastikan bahwa perubahan cara berpikir tidak berhenti pada kesadaran, tetapi juga tercermin dalam keputusan nyata. UDL menjaga agar refleksi tetap terhubung dengan praktik, tanpa kembali jatuh ke kontrol lama.

Karena itu, UDL tidak perlu dipahami sebagai sesuatu yang besar atau rumit. Ia cukup diperlakukan sebagai alat bantu untuk memperlambat respons, memperluas sudut pandang, dan menjaga agar keputusan tetap manusiawi.

Pada artikel berikutnya, pembahasan akan masuk lebih jauh ke bagaimana UDL bekerja sebagai kerangka berpikir, bukan sebagai daftar strategi. Fokusnya bukan pada apa yang harus dilakukan, tetapi pada cara membaca dan merespons situasi belajar dengan lebih sadar. #RW

Leave a comment

Trending