Manusia belajar dengan membangun makna dari pengalaman yang dijalani. Setiap interaksi dengan situasi, orang lain, dan lingkungan memberi bahan bagi otak untuk menata pemahaman. Pengetahuan tidak hadir sebagai sesuatu yang dipindahkan dari luar, melainkan terbentuk melalui proses aktif ketika seseorang berhadapan langsung dengan dunia nyata.

Cara pandang ini dikenal sebagai constructivist learning. Gagasan ini dikembangkan oleh pemikir seperti Lev Vygotskydan Jerome Bruner, yang melihat belajar sebagai proses kognitif sekaligus sosial. Dalam pandangan ini, makna tidak diberikan, tetapi dibangun melalui dialog, eksplorasi, dan keterlibatan aktif.

Pendekatan ini selaras dengan cara otak bekerja. Otak terus mencari pola dan hubungan. Ketika pengalaman baru tidak sepenuhnya cocok dengan pemahaman yang sudah ada, ketidaksesuaian muncul. Alih-alih menjadi gangguan, ketidaksesuaian ini justru memicu penyesuaian struktur berpikir. Dari proses inilah pembelajaran yang bermakna tumbuh.

Peran konteks menjadi sangat penting. Makna tidak dibangun dalam ruang hampa, tetapi melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Bahasa, budaya, dan pengalaman bersama membentuk cara seseorang memahami situasi. Di sinilah pembelajaran menjadi proses yang hidup, kontekstual, dan relevan dengan realitas yang dihadapi.

Struktur tetap dibutuhkan dalam proses ini. Namun struktur tidak berfungsi sebagai pengendali, melainkan sebagai penopang. Ia membantu mengarahkan perhatian, memberi pijakan, dan membuka ruang eksplorasi. Ketika struktur bekerja dengan tepat, peserta belajar dapat membangun makna tanpa kehilangan arah.

Dalam kerangka constructivist learning, variasi cara memahami adalah kondisi yang wajar. Setiap individu membawa pengalaman, latar belakang, dan sudut pandang yang berbeda. Variasi ini bukan hambatan, melainkan sumber pembelajaran. Melalui pertukaran makna dan dialog, pemahaman menjadi lebih kaya dan mendalam.

Pendekatan ini juga menjelaskan mengapa pembelajaran yang bermakna membutuhkan waktu dan keterlibatan. Makna tidak bisa dipercepat tanpa kehilangan kedalamannya. Ia tumbuh melalui proses mencoba, menafsirkan, merevisi, dan merefleksikan pengalaman. Pembelajaran tidak berhenti pada hasil, tetapi terus berkembang seiring pemahaman yang bertambah.

Sebagai kerangka berpikir, constructivist learning menegaskan bahwa belajar adalah aktivitas manusiawi yang dinamis. Ia menempatkan pengalaman, interaksi, dan refleksi sebagai inti proses belajar. Dari fondasi inilah kita dapat melihat bahwa pembelajaran yang bermakna tidak lahir dari penambahan teknik semata, melainkan dari cara manusia membangun dan menata pemahamannya terhadap dunia yang terus berubah. #RW

Leave a comment

Trending