Belajar tidak dimulai saat seseorang menerima penjelasan. Dalam kajian tentang cara kerja otak, belajar justru mulai terjadi ketika seseorang berhadapan dengan situasi nyata yang tidak sepenuhnya berjalan sesuai harapan.
Otak manusia bekerja berdasarkan prediksi. Ketika hasil sesuai dengan perkiraan, otak cenderung menggunakan pola lama dan bekerja secara otomatis. Pada kondisi ini, tidak banyak proses belajar yang terjadi karena tidak ada kebutuhan untuk melakukan penyesuaian.
Sebaliknya, ketika terjadi ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, perhatian meningkat. Ketidaksesuaian ini sering disebut sebagai error. Dalam perspektif pembelajaran, error bukan kegagalan, melainkan informasi. Ia menandakan bahwa ada perbedaan antara apa yang diprediksi otak dan apa yang benar-benar terjadi.
Di titik inilah proses belajar mulai berlangsung. Otak mulai mengumpulkan informasi baru, membandingkan hasil dengan prediksi awal, lalu melakukan penyesuaian. Proses mencoba, menerima respons dari realitas, lalu menyesuaikan kembali dikenal sebagai feedback loop. Mekanisme inilah yang menjadi dasar bagaimana manusia belajar.
Belajar, dengan demikian, adalah proses menyesuaikan diri terhadap realitas. Manusia belajar bukan terutama karena menerima penjelasan, tetapi karena harus merespons konsekuensi dari tindakannya. Setiap respons dari lingkungan menyediakan data yang digunakan otak untuk memperbaiki langkah berikutnya.

Menariknya, proses penyesuaian ini sering terjadi sebelum seseorang menyadarinya secara penuh. Otak dapat mengubah cara bertindak atau mengambil keputusan bahkan sebelum seseorang mampu menjelaskan alasan perubahan tersebut. Pemahaman sadar biasanya muncul setelah proses penyesuaian berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa belajar tidak selalu dimulai dari kesadaran reflektif, tetapi sering berangkat dari respons langsung terhadap situasi nyata.
Karena belajar bergantung pada feedback dari realitas, otak membutuhkan ruang untuk mengalami proses tersebut. Ketika kontrol eksternal terlalu kuat dan setiap langkah segera dikoreksi, kesempatan untuk mengalami error dan menerima feedback alami menjadi terbatas. Akibatnya, proses belajar menjadi dangkal dan bergantung pada arahan dari luar.
Belajar tidak tumbuh dari kondisi yang selalu sempurna dan terkendali. Ia tumbuh dari kesempatan untuk mencoba, mengalami konsekuensi, dan melakukan penyesuaian secara bertahap. Koreksi yang terlalu cepat sering menghentikan proses belajar sebelum otak sempat membangun pemahamannya sendiri.
Dengan memahami cara kerja ini, pembelajaran dapat dipandang sebagai proses yang hidup dan berkelanjutan. Proses yang memberi ruang bagi manusia untuk mencoba, keliru, menerima feedback, dan menyesuaikan diri. Bukan sekadar proses menerima penjelasan atau mengikuti langkah yang sudah ditentukan. Dari rangkaian inilah, belajar yang sesungguhnya terbentuk. #RW






Leave a comment