Serial Realistic Mathematics Education (RME)

Dalam banyak pelajaran matematika, anak sering diminta menyelesaikan soal. Namun dalam Realistic Mathematics Education (RME), anak justru diajak untuk menemukan dan menciptakan masalahnya sendiri. Sebab, berpikir matematis tidak hanya berarti bisa menjawab, tetapi juga mampu menemukan pertanyaan yang relevan dari kehidupan nyata.

Pendekatan ini dikenal dengan istilah problem posing — anak belajar mengamati situasi, mengajukan pertanyaan, lalu mencoba mencari cara untuk menjawabnya. Melalui proses ini, mereka belajar bahwa setiap masalah bukan sekadar latihan, tetapi bagian dari kehidupan yang bisa dianalisis dengan berpikir logis.

Bayangkan anak EYP yang sedang bermain membagi mainan dengan teman. Mereka mungkin bertanya, “Kalau teman kita bertambah satu, mainannya cukup tidak?” Dari pertanyaan sederhana itu, muncul ide tentang pembagian, jumlah, dan keseimbangan. Atau siswa Primary yang sedang menyiapkan hadiah untuk acara kelas bertanya, “Kalau kita punya 24 kue dan 6 kelompok, berapa yang dapat masing-masing?” Pertanyaan ini tidak datang dari buku, tetapi dari situasi nyata yang mereka alami.

Bagi siswa Secondary, masalah nyata bisa lebih kompleks dan menantang. Misalnya, saat mereka mendiskusikan cara termurah untuk membeli bahan makanan untuk kegiatan sekolah, mereka sedang berhadapan dengan persoalan tentang perbandingan harga dan efisiensi anggaran. Mereka tidak sekadar mencari jawaban, tetapi menimbang pilihan, membuat asumsi, dan mempertanggungjawabkan keputusan. Itulah inti dari berpikir matematis yang sesungguhnya.

Dalam RME, guru berperan sebagai pemantik ide. Guru tidak langsung memberi masalah, tetapi membantu anak melihat situasi yang bisa dijadikan konteks berpikir. Misalnya dengan bertanya, “Apa yang terjadi kalau jumlahnya tidak pas?”, “Bagaimana kalau satu orang tidak hadir?”, atau “Bisakah kamu menemukan cara lain yang lebih cepat?” Pertanyaan-pertanyaan itu mengajak anak melihat dunia dari lensa matematika.

Masalah nyata membuat anak menyadari bahwa matematika bukan sesuatu yang terpisah dari kehidupan. Setiap peristiwa, baik di sekolah maupun di rumah, selalu menyimpan peluang untuk berpikir matematis. Saat mereka mengukur waktu bermain, memperkirakan jumlah air di gelas, atau membagi ruang dalam tas, mereka sebenarnya sedang menggunakan logika matematika tanpa sadar.

RME membantu anak memahami bahwa setiap ide memiliki nilai, dan bahwa menemukan pertanyaan sering kali sama pentingnya dengan menemukan jawaban. Di sinilah muncul keberanian untuk berpikir, mencoba, dan mengekspresikan gagasan sendiri. Ketika anak melihat bahwa dunia penuh dengan masalah menarik yang bisa dipecahkan, mereka belajar satu hal penting: berpikir matematis adalah bagian alami dari menjadi manusia yang ingin tahu. #RW

Leave a comment

Trending