Setelah kita mendalami Double Diamond sebagai kerangka berpikir untuk memahami masalah dan menciptakan solusi, muncul pertanyaan menarik: bagaimana kerangka ini jika dibandingkan dengan Design Thinking? Kedua pendekatan ini sering dianggap serupa karena memiliki fokus pada manusia, bersifat iteratif, dan sama-sama membantu kita menemukan solusi yang relevan. Namun, ada perbedaan mendasar yang membuat keduanya unik dan memiliki konteks penerapan yang berbeda.

Mari kita telaah lebih dalam, bagaimana Double Diamond dan Design Thinking saling melengkapi, di mana perbedaannya, dan kapan kita bisa menggunakan salah satunya, atau bahkan keduanya, untuk mencapai tujuan kita.

***

Persamaan Antara Double Diamond dan Design Thinking

Ada beberapa kesamaan antara Double Diamond dan Design Thinking yang membuat keduanya begitu efektif dalam menciptakan solusi:

  1. Berpusat pada Manusia
    Keduanya menempatkan manusia sebagai inti dari proses. Kita diajak untuk memahami kebutuhan, tantangan, dan sudut pandang pengguna sebelum mencari solusi.
  2. Iteratif dan Fleksibel
    Baik Double Diamond maupun Design Thinking mendorong kita untuk tidak terpaku pada hasil pertama. Keduanya memungkinkan kita untuk terus menguji, memperbaiki, dan menyempurnakan solusi.
  3. Pola Berpikir Divergen dan Konvergen
    Kedua pendekatan ini memadukan pola berpikir divergen (membuka ide seluas mungkin) dan konvergen (menyaring dan memfokuskan ide terbaik). Ini memastikan bahwa solusi yang dihasilkan tidak hanya kreatif, tetapi juga relevan.
  4. Mendorong Kolaborasi
    Proses kolaborasi menjadi kunci dalam kedua kerangka ini. Dengan melibatkan berbagai perspektif, solusi yang dihasilkan menjadi lebih kaya dan bermakna.

Perbedaan Utama Double Diamond dan Design Thinking

1. Fokus dan Struktur

  • Double Diamond: Lebih terstruktur dengan dua tahap besar—memahami masalah dan mengembangkan solusi. Proses ini memberikan porsi besar pada analisis mendalam sebelum masuk ke solusi.
  • Design Thinking: Lebih adaptif dengan lima tahapan (Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test). Pendekatan ini memungkinkan kita untuk langsung beralih dari pemahaman masalah ke eksplorasi solusi.

2. Tingkat Pendalaman Masalah

  • Double Diamond: Menekankan eksplorasi masalah yang mendalam, khususnya pada tahap Discovery dan Define. Ini memastikan bahwa solusi yang dihasilkan benar-benar berakar pada inti masalah.
  • Design Thinking: Memahami masalah di tahap awal, tetapi waktu yang dihabiskan biasanya lebih singkat dibandingkan Double Diamond.

3. Pendekatan dalam Solusi

  • Double Diamond: Prosesnya lebih terencana. Setelah memahami masalah, kita masuk ke tahap Develop dan Deliver, yang fokus pada implementasi dan penyempurnaan solusi.
  • Design Thinking: Lebih menonjolkan eksplorasi ide dan iterasi cepat. Solusi diuji berkali-kali hingga menemukan yang paling sesuai.

4. Kebutuhan Konteks

  • Double Diamond: Cocok untuk proyek strategis yang melibatkan banyak data dan pemangku kepentingan. Biasanya digunakan untuk analisis mendalam.
  • Design Thinking: Lebih cocok untuk proyek yang membutuhkan solusi kreatif dalam waktu singkat.

Kapan Kita Menggunakan Double Diamond atau Design Thinking?

Double Diamond Cocok Ketika:

  • Kita ingin memahami masalah dengan sangat mendalam.
  • Proyek melibatkan banyak pemangku kepentingan atau data yang kompleks.
  • Solusi yang dihasilkan harus strategis dan berkelanjutan.

Design Thinking Cocok Ketika:

  • Kita membutuhkan solusi kreatif dalam waktu singkat.
  • Masalah sudah terdefinisi dengan jelas, dan fokusnya adalah eksplorasi solusi.
  • Kita perlu iterasi cepat untuk menguji dan menyempurnakan ide.

***

Studi Kasus: Memadukan Double Diamond dan Design Thinking

Seorang kepala sekolah memiliki visi besar untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan memadukan kedua kerangka ini, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

  1. Menggunakan Double Diamond untuk Memahami Masalah
    • Discovery: Kepala sekolah mengadakan observasi kelas, wawancara dengan siswa dan guru, serta melihat data hasil belajar.
    • Define: Dari data yang dikumpulkan, ditemukan bahwa metode pengajaran terlalu monoton sehingga siswa kurang terlibat.
  2. Menggunakan Design Thinking untuk Merancang Solusi
    • Empathize dan Ideate: Guru dan kepala sekolah brainstorming ide, seperti menggunakan permainan edukatif atau proyek berbasis teknologi.
    • Prototype dan Test: Salah satu ide diuji di kelas kecil. Berdasarkan umpan balik, pendekatan ini kemudian disempurnakan sebelum diterapkan secara luas.

Kombinasi ini memberikan pendekatan mendalam di awal (Double Diamond) dan eksplorasi kreatif di akhir (Design Thinking).

Mana yang Lebih Tepat untuk Tantangan Kita? Mari tanyakan pada diri kita:

  1. Apakah masalah yang sedang dihadapi membutuhkan analisis mendalam?
  2. Apakah kita sudah memahami inti masalah dan ingin fokus pada eksplorasi solusi?
  3. Apakah proyek melibatkan banyak data atau pemangku kepentingan?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu kita memilih pendekatan yang paling sesuai, atau bahkan memadukan keduanya untuk hasil yang optimal.

***

Double Diamond dan Design Thinking bukanlah kerangka yang saling bersaing, melainkan saling melengkapi. Double Diamond memberikan kedalaman analisis dan struktur, sementara Design Thinking menawarkan fleksibilitas dan kreativitas.

Kedua kerangka ini dapat digunakan untuk menciptakan solusi yang tidak hanya bermakna, tetapi juga berdampak nyata. Karena pada akhirnya, yang terpenting adalah bagaimana kita memahami tantangan dan bertindak untuk menciptakan perubahan. Jadi, siapkah kita menggunakan keduanya untuk menjawab tantangan berikutnya? ***

Leave a comment

Trending