Dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas bagaimana Design Thinking mampu memberikan arah yang jelas untuk mewujudkan semangat besar dalam X10 Thinking. Meski fokus keduanya berbeda, keduanya saling melengkapi: X10 Thinking mendorong kita untuk bermimpi besar, sementara Design Thinking membantu mengubah mimpi itu menjadi langkah nyata yang bisa diwujudkan.

Lalu, bagaimana keduanya bisa benar-benar bekerja bersama? Bagaimana kita memastikan bahwa ide besar yang dibayangkan dalam X10 Thinking dapat diwujudkan dengan cara yang masuk akal dan berdampak?

Sebagai bangsa yang menjunjung semangat gotong royong dan inovasi, pola pikir besar seperti X10 Thinking sebenarnya sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Saat seseorang bermimpi besar, misalnya, mendirikan sekolah yang inklusif, menciptakan pembelajaran yang relevan dengan perkembangan zaman, atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat—kita bisa melihat semangat X10 Thinking hadir di sana. Nah, mimpi besar ini membutuhkan cara yang jelas supaya bisa diwujudkan. Di sinilah Design Thinking berperan membantu kita untuk:

  • Memahami kebutuhan orang-orang di sekitar kita dengan lebih mendalam.
  • Menyusun tantangan yang spesifik sehingga lebih mudah didekati.
  • Mengeksplorasi ide-ide kreatif tanpa kehilangan arah.
  • Mencoba solusi kecil terlebih dahulu sebelum diterapkan secara luas.
  • Menyempurnakan solusi berdasarkan masukan nyata dari orang-orang yang mengalaminya.

Sebagai contoh, seorang guru yang ingin meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran tidak cukup hanya dengan membayangkan kelas yang penuh diskusi dan kreativitas. Dengan X10 Thinking, guru memiliki keberanian untuk bermimpi tentang kelas yang ideal. Namun, agar mimpi itu bisa menjadi kenyataan, ia membutuhkan Design Thinking untuk membimbing langkah-langkah kecil menuju perubahan.

Menggabungkan X10 Thinking dengan Design Thinking bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga menciptakan perubahan yang benar-benar relevan. Kedua pendekatan ini berkolaborasi untuk:

  1. Memadukan Visi Besar dengan Tindakan Nyata
    X10 Thinking mengarahkan kita untuk memikirkan hasil yang luar biasa. Namun, tanpa langkah-langkah konkret, visi besar itu bisa terasa jauh dari jangkauan. Design Thinking membantu memecah perjalanan menuju visi tersebut menjadi tahapan kecil yang realistis dan dapat dilakukan.
  2. Menginspirasi dan Memberikan Struktur
    Berpikir besar sering kali membuat kita terjebak dalam terlalu banyak ide. Dengan Design Thinking, kita diajak untuk tetap terarah dan fokus pada kebutuhan nyata. Inspirasi besar dari X10 Thinking dipadukan dengan proses bertahap dari Design Thinking menciptakan keseimbangan antara semangat dan kepraktisan.
  3. Menjadikan Kebutuhan Manusia Sebagai Pusat Solusi
    Baik X10 Thinking maupun Design Thinking sama-sama menempatkan manusia di inti dari setiap perubahan. Ketika kita merancang solusi, empati membantu memastikan bahwa perubahan yang kita buat benar-benar memberikan manfaat bagi orang-orang yang terlibat.

Untuk melihat bagaimana kedua pendekatan ini bekerja bersama, mari kita pelajari prosesnya dengan lebih dekat. Dalam konteks pendidikan, misalnya, perjalanan ini dimulai dengan langkah-langkah sbb:

1. Empathize: Memahami dengan Empati

Setiap perubahan besar dimulai dengan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan manusia. X10 Thinking mendorong kita untuk bermimpi besar, tetapi tanpa empati, mimpi itu bisa kehilangan relevansi.

Seorang kepala sekolah yang ingin meningkatkan inklusi, misalnya, harus terlebih dahulu mendengar cerita dari siswa, guru, dan orang tua. Apakah siswa merasa diterima di sekolah? Apakah guru memiliki alat yang tepat untuk mendukung keberagaman? Apakah orang tua merasa dilibatkan? Dengan menggali pengalaman mereka, kepala sekolah dapat menemukan akar tantangan yang sebenarnya.

2. Define: Membuat Tantangan Lebih Fokus

Setelah memahami kebutuhan, langkah berikutnya adalah menyusun tantangan secara spesifik. Dalam Design Thinking, tahap ini disebut Define, di mana kita mempersempit fokus pada masalah inti yang ingin dipecahkan.

Kepala sekolah tadi mungkin menyadari bahwa tantangan utamanya adalah:
“Guru membutuhkan pelatihan praktis untuk mendukung siswa dengan kebutuhan khusus di dalam kelas.”

Tantangan ini menjadi kompas yang memastikan bahwa solusi yang dirancang tetap relevan dan terarah.

3. Ideate: Mengeksplorasi Kreativitas

Pada tahap ini, kreativitas menjadi alat utama untuk menemukan kemungkinan solusi. X10 Thinking mengajarkan kita untuk berpikir besar, sementara Design Thinking membantu mengarahkan kreativitas tersebut pada ide-ide yang relevan.

Guru dan kepala sekolah bisa mengadakan sesi brainstorming, mengeksplorasi berbagai ide, seperti:

  • Menerapkan pelatihan berbasis simulasi kasus nyata.
  • Mengundang ahli pendidikan untuk berbagi pengalaman praktis.
  • Membuat modul pelatihan berbasis video interaktif.

4. Prototype: Memulai dengan Langkah Kecil

Tahap Prototype adalah saat kita membawa ide menjadi kenyataan dalam skala kecil. Solusi awal ini tidak perlu sempurna, tetapi cukup untuk memberikan gambaran bagaimana ide tersebut bekerja di lapangan.

Kepala sekolah mungkin mencoba satu sesi pelatihan berbasis simulasi dengan sekelompok kecil guru. Prototipe ini memberikan ruang untuk belajar sebelum diterapkan secara luas.

5. Test: Menyempurnakan Melalui Umpan Balik

Tahap terakhir adalah menguji prototipe dan belajar dari hasilnya. Dalam X10 Thinking, iterasi adalah kunci untuk mencapai dampak besar. Dengan menerima umpan balik dari guru yang mengikuti pelatihan, kepala sekolah dapat terus menyempurnakan solusinya sehingga semakin efektif.

Mengukur Keberhasilan

Keberhasilan dalam menggabungkan X10 Thinking dan Design Thinking tidak hanya diukur dari hasil akhirnya, tetapi juga dari prosesnya. Apakah kita benar-benar memahami kebutuhan manusia? Apakah langkah-langkah kecil membawa kita lebih dekat pada tujuan besar? Apakah iterasi membantu menciptakan solusi yang lebih baik? Dengan terus belajar dari proses, kita memastikan bahwa perubahan yang kita buat tidak hanya besar dalam visi, tetapi juga bermakna dan dampak. ***

Leave a comment

Trending