Cold calling adalah salah satu strategi yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan strategi cold calling, guru mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui diskusi. Strategi ini mengutamakan kegiatan berpikir. Saat seseorang berpikir, maka sistem kognitifnya akan menjalankan tugas, yaitu mengolah informasi dengan tujuan akhir akan tersimpan pada Long-Term Memory.
Cold calling memiliki beberapa tujuan, diantaranya :
1. Kemampuan kognitif siswa dalam memformulasikan jawaban akan terasah.
2. Partisipasi semua siswa di kelas akan tercapai maksimal karena tidak ada dominasi siswa tertentu dalam merespons pertanyaan.
3. Semua siswa terlibat dan berkontribusi, sehingga kemampuan komunikasi dan kepercayaan dirinya semakin terbangun.
Dalam penggunaanya, guru dapat menerapkan skenario seperti berikut:
Guru memberi pertanyaan kemudian memberi waktu siswa untuk berpikir. Dalam proses ini, siswa diharapkan terbiasa dengan pola mendengarkan, memahami, dan berpikir. Setelah itu, semua siswa bersiap menjawab tanpa dominasi dari siswa tertentu, sehingga setiap siswa dapat terlibat aktif dan berkontribusi. Setelah memilih satu siswa untuk menjawab, guru akan memberi respons, kemudian memberikan kesempatan pada siswa lain. Dengan ini, guru mendapatkan data mengenai pemahaman siswa. Guru juga mempunyai kesempatan untuk mengonfirmasi jawaban serta memastikan bahwa siswa mempunyai pemahaman yang benar.
Guru memegang peranan penting dalam cold calling. Ia bertugas mendorong dan menuntunsiswa untuk melatih kemampuannya dalam berpikir dan menemukan jawaban. Saat guru menggunakan strategi cold calling, siswa diharapkan merasa nyaman dan penuh kesadaran untuk memberikan respons dalam diskusi. Guru pun akan memfasilitasi siswa yang memerlukan bantuan. Selain guru, siswa juga berperan untuk memberikan kontribusi selama diskusi. Saat semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mengungkapkan pendapat, maka diharapkan kepercayaan dirinya akan semakin terbangun.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai pertimbangan bagi guru untuk menerapkan cold calling di kelas.
1. Cold calling melatih siswa untuk fokus pada kegiatan belajar.
Melatih siswa untuk selalu fokus merupakan pembiasaan yang fundamental. Dalam penerapannya, cold calling menekankan keterlibatan seluruh siswa di kelas. Saat guru memberikan penjelasan akan sebuah materi, maka siswa perlu mendengarkan dan memusatkan perhatian. Saat siswa mampu engage dengan materi yang disampaikan guru, maka akan mudah baginya untuk menjawab pertanyaan yang muncul. Dalam proses ini, siswa diharapkan terbiasa dengan pola mendengarkan dan memahami materi, sebelum nantinya melangkah ke proses berpikir.
2. Cold calling mengutamakan kegiatan berpikir.
Saat seseorang berpikir, maka sistem kognitifnya akan mengolah informasi hingga tersimpan pada Long-Term Memory. Dalam penggunaan cold calling, guru memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir kemudian menjawab pertanyaan. Setelah itu, guru dapat menanyakan alasan mengapa siswa mempunyai jawaban tertentu, atau memberikan konfirmasi. Saat guru memberikan feedback yang responsif, maka ia memberikan kesempatan pada siswa untuk mempunyai pemahaman yang lebih dalam terhadap sebuah materi.
3. Cold calling memberi ruang pada siswa untuk membangun kepercayaan dirinya.
Di dalam kelas, sebagian siswa mampu menunjukkan kepercayaan dirinya dalam mengungkapkan pendapat, sedangkan beberapa siswa masih perlu meningkatkannya. Strategi dalam cold calling diharapkan mampu meminimalisasi kesenjangan tersebut. Dengan memberikan respons yang membangun, maka guru mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman.
4. Cold calling merupakan salah satu sarana bagi guru untuk mendapatkan data mengenai kemampuan siswa. Saat guru mendapatkan data mengenai kemampuan siswa dalam memahami materi, maka akan lebih mudah baginya untuk merancang kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Selain memotivasi siswa untuk terlibat aktif, guru juga bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan cold calling. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk sebaik-baiknya mempersiapkan diri dan menyusun rencana yang matang, sehingga strategi ini berhasil dijalankan secara optimal. Sebelum menggunakan cold calling, guru harus mempunyai pemahaman konsep yang matang mengenai:
a. Executive Function Skills (EFS) – meliputi keterampilan dasar manusia dalam planning, focusing, self-monitoring, dan beberapa mental skills yaitu memory, emotion, dan flexibility thinking. Dengan EFS yang baik, guru diharapkan mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.
b. Cold calling – guru harus memahami tujuan, manfaat, dan teknis pelaksanaan cold calling. Contoh skenario pelaksanaan secara umum adalah sebagai berikut.
– ask the question
– select someone to respond
– respond to the answers
– select and ask another student
c. Bloom Taxonomy – agar guru mampu mendesain kegiatan pembelajaran dengan kerangka berpikir yang runut.
d. Data to value chain – skema rujukan yang jelas dan dapat membantu guru dalam mengambil langkah yang benar dan efektif sehingga tercipta valuable outcomes.
Berbekal knowledge tersebut, guru mulai dapat menentukan tujuan yang ingin dicapai. Setelah menentukan tujuan, guru perlu mengumpulkan data. Guru harus sensitif terhadap data dan mampu memilih data yang relevan. Data merupakan kumpulan fakta yang harus diproses dan dianalisa menjadi informasi. Setelah informasi penting didapatkan, guru akan memprosesnya untuk mendapatkan knowledge baru. Dengan mensinergikan prior knowledge dan knowledge baru, maka guru diharapkan mampu membuat keputusan dan perencanaan yang matang. Proses tersebut dianggap krusial karena membutuhkan thinking skill yang baik.
Dalam proses perencanaan, guru perlu memprediksi kelemahan dan resiko yang akan terjadi saat nantinya akan menggunakan cold calling. Selanjutnya, ia perlu mengantisipasi agar kelemahan tersebut tidak menjadikan halangan, sehingga akan minim resiko (berkurang bahkan hilang) saat rencana ditindaklanjuti. Selain itu, time management yang bagus adalah kunci untuk menjalani setiap langkah. Pengetahuan dan data terhadap lingkungan sekitar pun penting untuk diperhatikan. Dimanapun guru membuat perencanaan, maka ia harus mengetahui posisi dan perannya, sehingga keputusan yang dibuat mampu memberi manfaat bagi orang lain. Guru perlu membuat perencanaan yang berkualitas dan mudah untuk ditindaklanjuti.
Jika guru mampu menggunakan knowledge yang dikuasainya untuk merancang pembelajaran cold calling dengan langkah di atas, maka cold calling diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:
1. Cold calling mengasah kemampuan kognitif siswa.
Saat siswa berpikir, maka sistem kognitifnya akan menjalankan tugas, yaitu mengolah informasi dan menyimpannya dalam Long-Term Memory. Saat guru memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir, menjawab pertanyaan, kemudian menanyakan alasan, maka siswa berlatih berpikir secara kritis dan runut. Dengan feedback yang responsif dari guru, siswa diharapkan mampu melewati tahap remembering dan understanding dengan baik.
2. Cold calling melatih siswa untuk fokus.
Pola mendengarkan, memahami, dan berpikir diharapkan menjadi sebuah pembiasaan. Siswa perlu mendengarkan dan memusatkan perhatian saat guru memberi penjelasan. Jika siswa mampu memahami apa yang ia dengar, maka akan mudah baginya untuk berpikir dan menjawab pertanyaan. Dengan pola ini, siswa dilatih untuk tetap fokus selama kegiatan belajar.
3. Cold calling melatih siswa untuk membangun kepercayaan diri.
Sebagian siswa di kelas mungkin mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Namun keterlibatan semua siswa secara aktif dalam diskusi merupakan tantangan bagi siswa yang kurang percaya diri. Secara khusus, terdapat 3 (tiga) strategi dalam cold calling yang bertujuan membangun kepercayaan diri siswa, yaitu pre-call, batched-call, serta rehearse and affirm. Dengan strategi tersebut, maka guru dapat membantu siswa untuk meminimalisasi kesenjangan yang ada.
4. Cold calling melatih mental siswa.
Saat menjawab pertanyaan dari guru, siswa bisa saja mempunyai jawaban yang salah maupun kurang tepat. Dalam hal ini, kegigihan siswa dalam menyampaikan jawaban, ide, dan gagasan akan terlatih.
5. Cold calling merupakan sarana bagi guru untuk mendapatkan data.
Dalam prosesnya, guru akan mendapatkan data mengenai karakter, gaya belajar, prior knowledge, maupun kemampuan siswa dalam memahami materi. Data tersebut memudahkan guru untuk merancang kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Selain memberikan manfaat bagi guru dan siswa, terdapat beberapa kelemahan dalam proses penerapan cold calling. Dengan mengetahui kelemahan, maka guru dapat menyiapkan langkah-langkah yang tepat untuk mengantisipasinya, sehingga kelemahan tersebut tidak menjadikan halangan saat rencana ditindaklanjuti. Berikut beberapa kelemahan strategi cold calling dan langkah untuk mengantisipasinya.
1. Saat guru tidak memiliki perencanaan yang baik, maka strategi cold calling tidak akan berjalan lancar. Perencanaan guru mencakup tujuan, konsep dan materi, maupun teknis pelaksanaannya. Untuk mengatasi masalah ini, data to value chain adalah skema terbaik yang dapat digunakan guru untuk merancang kegiatan pembelajaran dengan strategi cold calling. Dengan menyusun rencana menggunakan data to value chain dan melaksanakannya secara runut, maka hasil yang didapat diharapkan baik pula.
2. Saat cold calling digunakan di kelas besar, maka waktu yang dihabiskan pun akan lebih lama. Hal ini dapat diatasi dengan menentukan alokasi waktu, yang juga merupakan bagian dari skema data to value di atas. Jika memakan waktu lama, maka siswa akan mudah kehilangan fokus. Oleh karena itu, guru perlu selalu mengingatkan siswa bahwa mereka harus siap untuk menjawab pertanyaan. Dengan demikian, kesadaran siswa untuk selalu fokus akan perlahan terbangun.
3. Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda. Jika guru tidak memahami karakter mereka masing-masing, ada kemungkinan guru akan memberikan respons yang kurang tepat. Hal tersebut akan mempengaruhi minat siswa untuk terlibat dan berkontribusi dalam sebuah diskusi.
Merupakan sebuah tantangan bagi guru untuk memberikan repons yang tepat, terutama saat murid menyampaikan jawaban yang salah. Jika hal tersebut terjadi, maka guru dapat mengajak siswa untuk melihat kembali pertanyaan. Sampaikan bahwa guru memahami jawaban siswa yang kurang tepat, kemudian mengarahkan siswa untuk melihat kembali pertanyaan agar mampu memberikan jawaban yang lebih akurat. Dengan melakukan langkah tersebut, guru akan mampu membangun kepercayaan diri dan kemauan siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
4. Cold calling mungkin akan sulit diterapkan terutama pada siswa yang kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya. Hal tersebut bisa saja terjadi, karena dalam cold calling semua siswa wajib terlibat. Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat tiga strategi, yaitu pre-call, batched-call, dan rehearse and affirm. Jika guru menerapkan strategi rehearse and affirm, ia akan mengonfirmasi jawaban siswa yang sudah benar, kemudian memberikan kesempatan untuk menjelaskan jawaban tersebut. Alih-alih minder karena jawaban yang belum pasti, siswa akan merasa lebih yakin untuk membagikan jawabannya setelah dikonfirmasi kebenarannya oleh guru.
Selanjutnya, agar cold calling dapat dijalankan dengan optimal dalam pembelajaran di kelas, maka guru harus memahami approach dan procedures pelaksanaannya. Approach and procedures ini sebaiknya disusun dengan skema yang jelas dan langkah yang runut, sehingga mudah diikuti guru. Data to value chain merupakan skema yang dapat menjadi rujukan dalam penyusunan approach and procedures. Dengan data to value chain, maka tujuan, manfaat, dan perancanaan cold calling diharapkan mampu menciptakan actions dan menghasilkan outcomes yang berkualitas.
Berikut adalah 10 approach and procedures penggunaan cold calling di dalam kelas.
1. Menentukan tujuan penggunaan cold calling.
Menentukan tujuan adalah langkah awal yang harus dilakukan karena akan menentukan arah dan menetapkan target yang akan dicapai. Tujuan cold calling diantaranya mengakomodasi partisipasi siswa, meningkatkan kepercayaan diri siswa, meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, serta mengasah kemampuan berpikir siswa.
2. Mengumpulkan data yang relevan untuk memetakan kemampuan siswa.
Langkah mengumpulkan data ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang akan dipelajari, karakter siswa, jumlah siswa, cara/gaya belajar, dan prior knowledge siswa. Hasil dari pengolahan data ini akan menjadi informasi penting untuk memetakan kemampuan siswa.
3. Menyampaikan tujuan penggunaan cold calling.
Siswa perlu mengetahui tujuan penggunaan cold calling agar mereka dapat mempersiapkan diri. Dengan mengetahui tujuan, maka siswa akan merecall pengetahuan mereka dan mengingat langkah listen, engage and think dalam setiap pertemuan. Dengan kesiapan dan bekal pengetahuan yang baik, penggunaan cold calling diharapkan berjalan dengan efektif.
4. Menentukan alokasi waktu pelaksanaan.
Alokasi waktu yang tepat adalah salah satu kunci penting agar pelaksanaan penggunaan cold calling berjalan baik. Alokasi waktu mencakup frekuensi pertemuan (jumlah pertemuan yang dibutuhkan), dan durasi tiap pertemuan. Pengaturan waktu yang cermat akan membantu guru dalam menentukan strategi dan mengantisipasi kesulitan yang mungkin muncul.
5. Menentukan strategi penggunaan cold calling.
Memilih strategi akan berpengaruh pada keefektifan pelaksanaan cold calling berdasarkan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Strategi penggunaan cold calling dapat ditentukan berdasarkan tujuan, pemetaan kemampuan & karakter siswa, serta alokasi waktu. Strategi sebaiknya disusun sesuai dengan kebutuhan siswa. Misalnya, saat guru ingin menumbuhkan kepercayaan diri siswa, ia dapat menggunakan strategi pre-call, batched-call, atau rehearse and affirm. Pemilihan strategi yang tepat akan mendukung tercapainya tujuan penggunaan cold calling.
6. Menentukan cara penyampaian cold calling.
Cold calling harus disampaikan dengan cara yang efektif sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Selain itu, penyampaian cold calling diharapkan membuat siswa nyaman saat mengikuti diskusi, yaitu bahwa semua jawaban mereka berarti. Selanjutnya, harus dipertimbangkan bagaimana cara melibatkan seluruh siswa dalam pelaksanaannya, baik dalam kelas kecil maupun besar.
7. Menentukan materi yang digunakan dalam cold calling.
Pemilihan materi yang tepat akan membantu siswa mengolah dan menyimpan informasi dalam Long-Term Memory. Oleh karena itu, materi sebaiknya disusun secara runut, sehingga mudah diterima oleh siswa. Saat materi mudah diterima, maka mudah bagi siswa untuk mendengarkan, memahami, dan berpikir, yang memudahkan mereka saat nantinya menjawab pertanyaan dalam cold calling.
8. Membuat skema pelaksanaan cold calling.
Skema pelaksanaan cold calling yang dirancang adalah berupa panduan teknis pelaksanaan. Misalnya, setelah guru memberi pertanyaan, maka perlu dipertimbangkan, siapa saja yang akan menjawab. Setelah siswa menjawab, guru perlu memberi feedback. Saat guru memberikan feedback yang responsif, maka ia memberikan kesempatan pada siswa untuk mempunyai deeper understanding. Panduan teknis pelaksanaan yang jelas dan runut akan memudahkan pihak terkait (guru, siswa, supervisor) dalam pelaksanaan cold calling.
9. Mengevaluasi hasil penggunaan cold calling.
Evaluasi dilakukan dengan menilai aspek apa saja yang sudah baik, dan apa saja yang perlu diperbaiki selama proses perencanaan dan penggunaan cold calling. Evaluasi ini dapat dilakukan misalnya pada keefektifan langkah-langkah dalam perencanaan, seberapa jauh tujuan yang sudah ditentukan tercapai, bahkan tanggapan siswa mengenai penggunaan cold calling di kelas. Hasil evaluasi akan menentukan langkah lanjutan yang harus diambil untuk perbaikan.
10. Menyusun rencana perbaikan berdasarkan evaluasi.
Rencana perbaikan merupakan respons dari rangkaian perencanan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan cold calling berdasarkan hasil evaluasi. Rencana dapat disusun dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperbaiki, baik dari siswa maupun guru. Rencana yang baru diharapkan mampu menciptakan actions dan menghasilkan outcomes yang lebih baik pula.
Cold calling merupakan salah satu strategi yang dapat dipilih guru untuk melibatkan semua siswa dalam kegiatan belajar. Secara keseluruhan, saat guru mempunyai knowledge yang kuat, mampu menyusun perencanaan yang matang, dan mampu mengeksekusinya secara tepat, maka secara tidak langsung ia juga mengasah keterampilan siswa. Hal ini dapat dilihat melalui keterlibatan siswa di kelas untuk merencana, memahami serta berusaha mencapai target, mempunyai sikap respect dan self-control yang baik, serta tetap fokus pada kegiatan belajar. Perkembangan hasil pencapaian siswa mungkin tidak terlihat signifikan. Namun dengan bantuan guru, siswa dapat melakukan pembiasaan tersebut hingga tercipta value yang lebih baik.





