Sumber: https://www.freepik.com/premium-vector/

Cold Calling merupakan sebuah strategi pemberian  pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk    mendukung model   pembelajaran tatap   muka maupun jarak   jauh  dengan memperhatikan  keberagaman karakterisitik siswa.  Dalam  strategi ini, guru  meminta  siswa untuk merespons  penjelasan  dan materi belajar,  tanpa membuat  mereka merasa terekspos. Tujuan dari Cold Calling adalah  membuat semua siswa terlibat dalam proses berpikir, sebab proses belajar tidak dapat terjadi jika siswa tidak berpikir. Strategi Cold Calling menjadi cara paling efektif untuk memaksimalkan proses  berpikir dengan  adanya  pertukaran tanya jawab yang dinamis dan responsif.

Berikut adalah  penjabaran  lebih detil mengenai  strategi Cold Calling, dari keutamaannya, manfaat, kelemahan,  hingga pelaksaannya di dalam kelas.

Pentingnya penerapan  cold calling di dalam kelas
Cold  Calling  penting   untuk  diterapkan  di dalam kelas karena   strategi  ini  memuat pembiasaan   mental siswa untuk mendengarkan, terlibat,  dan berpikir  ketika  ada sebuah pertanyaan   atau penjelasan. Pembiasaan    ini  dapat  menumbuhkan   sikap perhatian, meningkatkan kemampuan  komunikasi, dan tentu saja konsentrasi atau fokus siswa terhadap hal yang sedang dipelajari.   Di  sisi lain, Cold  Calling  dapat  membuat  guru memberikan respons  balik yang tepat  untuk setiap  siswa  sekaligus  mengecek langsung  pemahaman mereka. Guru mempunyai peran yang signifikan dalam mengondisikan  siswa untuk berpikir dan terlibat dalam pembelajaran.

Peran guru dan pilihan strategi cold calling
Skenario Cold Calling yang matang perlu didesain agar setiap siswa mengalami proses berpikir  dan berkesempatan   menikmati  jalannya  pembelajaran   di  kelas. Guru  dapat menggunakan  startegi ini di awal pembelajaran  untuk membuat mereka fokus pada materi yang akan diajarkan atau di akhir pembelajaran untuk sebagai  refleksi terhadap hal-hal yang telah  mereka  pelajari  atau lakukan selama  di kelas.  Di awal pembelajaran,   siswa akan diberikan pertanyaan  sederhana  terlebih dahulu,  hal-hal  yang menarik perhatian  mereka ataupun konsep yang pernah mereka pelajari.

Variasi strategi pemanggilan  yang dapat dipilih adalah  Pre-Call atau Batched Cold Call. Urutan siswa yang dipilih pun dapat dibuat bergantian agar masing-masing siswa terbentuk mental berpikir. Batasan waktu dapat disampaikan kepada  siswa agar proses  tanya jawab berlangsung sesuai skenario. Guru bisa menggunakan  urutan ”Bertanya- Jeda – Sebut Nama Siswa”. Dengan melakukannya, kita memastikan bahwa setiap siswa mendengar pertanyaan dan mulai bersiap  dengan jawaban  selama jeda.  Selanjutnya, siswa dipanggil  namanya berdasarkan  strategi pre-call atau batched  cold call yang dipilih. Saat meminta siswa untuk menjawab,  kita perlu untuk menggunakan nada yang positif dan kalimat yang membangun. Segera  setelah siswa menjawab,  guru memberikan  respon  yang tepat sebagai  konfirmasi jawaban. Guru dapat melanjutkan dengan  memilih siswa lain. Bentuk follow up yang dapat dipergunakan saat memilih siswa lain adalah  dapat dengan  mengajukan pertanyaan yang sama atau mengomentari  jawaban  teman sebelumnya.  Siswa yang terbiasa  dengan Cold Calling akan menganggap  bahwa kegiatan ini adalah rutinitas yang  membentuk  kultur dan mental berpikir.

Langkah-langkah cold calling.
Secara ringkas,  terdapat  lima langkah  Cold  Calling  yang harus dilakukan  secara urut untuk mendukung proses untuk menjawab pertanyaan dan mendukung pemrosesan informasi yang melibatkan working memory  siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dan penjelasan berikut.

(Sumber : https://teacherhead.com/2021/02/07)

1.  Awali dengan pertanyaan
Guru  dapat  mengawali  dengan mengajukan   pertanyaan.   Pertanyaan  pun dibuat susunannya sejalan dengan  tahapan berpikir B-TAX, sehingga  pertanyaan disusun dari sederhana atau mudah bagi siswa untuk menjawab  baru dilanjutkan ke soal lebih sukar.

2.  Memberi waktu untuk berpikir
Dengan waktu  yang diberikan   siswa  untuk  berpikir,  mereka  memiliki   jeda untuk memahami pertanyaan dan menyusun respons.

3.  Pilih siswa untuk merespons
Saat memilih seseorang   untuk menjawab,   guru akan menggunakan berbagai  variasi strategi  Cold  Calling  seperti  Pre-Call atau Batched  Cold  Call.  Guru berperan dalam menciptakan  lingkungan  untuk mempengaruhi pemrosesan informasi. Oleh karenanya, guru perlu membangun  iklim yang kondusif selama  proses  tanya jawab  berlangsung.

4.  Berikan umpan balik
Pemberian umpan balik dapat digunakan sebagai  konfirmasi informasi yang tepat. Saat inilah proses belajar sedang  terjadi.

5.  Pilih siswa lainnya untuk merespons
Langkah terakhir adalah  memilih siswa lain untuk merespon dan langkah-langkah cold calling akan kembali berulang.  Hal ini membuat  proses berpikir terjadi tidak hanya pada satu siswa, tetapi juga siswa lain dalam mendapatkan kesempatan yang sama.

Manfaat Cold Calling
Sebagai sebuah strategi yang mengandalkan  pertanyaan respons dan umpan balik, Cold Calling memiliki beberapa manfaat untuk siswa dan guru.

Intervensi guru sangat berperan dalam mendukung partisipasi dan proses berpikir siswa. Melalui strategi ini, guru dapat mendesain pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif berpikir melalui  aktivitas tanya jawab. Pada saat bersamaan  melalui serangkaian langkah Cold Calling, guru mampu  menstimulasi siswa untuk berpikir. Kesulitan guru untuk mengukur kemampuan pemahaman  siswa yang sesungguhnya dapat diatasi melalui observasi terhadap respon dan jawaban siswa.

Tidak hanya guru yang merasakan manfaat dari penerapan strategi ini, tetapi juga siswa. Pembelajaran  jarak jauh ini  saat  yang tepat untuk membangun   kebiasaan  baru apapun aktivitas pembelajarannya.   Masing-masing  dari mereka  harus mulai membangun   mental untuk bersiap  diri mengemukakan   pendapatnya  di hadapan  teman-temannya.  Siswa juga akan belajar untuk  fokus   dan dikondisikan   terlibat  karena  masing-masing   dari  akan mendapatkan  kesempatan yang sama untuk berbicara.   Melalui  Cold  Calling,  siswa  juga mendapatkan feedback  secara personal,  sehingga  pemahaman  siswa dapat  terkonfirmasi dengan tepat. Hal yang mendasar adalah siswa akan merasa kehadirannya diperhatikan oleh guru.

Prediksi kelemahan  dan antisipasi cold calling.
Strategi Cold Calling dapat menjadi lemah  jika dihadapkan  dengan  jumlah murid yang banyak. Namun, kita dapat mengatasinya melalui manajemen dan perencanaan waktu yang matang. Perencanaan   yang  matang dapat   meminimalisir    tidak   tercapainya   target pembelajaran  dengan  menggunakan  strategi cold calling.

Kelemahan lainnya adalah  strategi cold calling tidak bisa disamaratakan penerapannya untuk siswa upper dan lower level. Strategi pre-call dan batched call sangat mungkin untuk diterapkan  kepada siswa  upper  level.  Namun,   untuk siswa  lower level,  masih diperlukan penyesuaian.

Maka, strategi pre-call pun dapat dipilih untuk kelompok siswa lower level, yang memiliki kecenderungan aktif dalam  merespons. Guru dapat  menerapkan  strategi ini agar siswa di dapat lebih mempersiapkan diri menjawab  setelah guru memberikan penjelasan, membaca bacaan  atau menyimak video. Guru akan mengumumkan urutan merespons,  sehingga  siswa akan segera bersiap untuk fokus dengan  apa yang guru ajarkan sehingga jawaban mereka nanti juga akan tetap sesuai dengan  topik yang dibahas.  Strategi ini selain membuat  semua siswa untuk terlibat dalam  proses  berpikir, juga membantu  siswa untuk fokus dengan  apa yang sedang dipelajari. Pada saat menjalankan strategi ini, guru juga mengkondisikan siswa untuk berbicara  menunggu  giliran dan mau saling mendengarkan jawaban temannya untuk menumbuhkan cara berkomunikasi yang baik.

Di sisi lain, strategi Batched-Call dapat diterapkan pada kelas yang sekiranya memiliki siswa dengan karakteristik yang cenderung pendiam. Pertama-tama, guru akan memberikan penjelasan,  kemudian menyebutkan urutan siswa yang akan memberikan respons. Dalam strategi   ini  guru menghindari  memanggil  siswa  dengan tiba-tiba.  Mereka cenderung diberikan  waktu untuk berpikir agar siswa tidak merasa terintimidasi atau merasa terekspos ketika menjawab  pertanyaan.  Ketika siswa merasa bahwa semua temannya akan menjawab maka mereka merasa lebih percaya  diri untuk mengutarakan  rensponsnya.

Lantas bagaimanakah approach and procedures dari strategi cold calling sehingga dapat dilaksanakan  dengan baik dan menghasilkan  sesuatu  yang lebih  bermakna?  Kita  dapat menilik kembali data to value chain untuk menghasilkan langkah-langkah  yang terarah untuk menyusunnya.

Berdasarkan  data to value  chain maka dapat  disusun  10 Approach   & Procedures  Cold Calling sebagai berikut :

1.  Menetapkan tujuan penggunaan  strategi Cold Calling.
Pemahaman  yang tepat mengenai  strategi Cold Calling menjadi cara paling efektif untuk merumuskan tujuan pembelajaran.  Tujuan Cold Calling adalah membuat semua siswa ikut dalam proses berpikir, tujuan ini sudah spesifik, terukur, dapat dilaksanakan, relevan, dan memiliki durasi yang jelas sesuai dengan  lesson mapping  yang telah dibuat.

2.  Memetakan    dan   mengkategorikan    pemahaman siswa     terkait    dengan  materi pembelajaran.
Pemetaan dapat  dilakukan dengan cara menganalisa karakteristik,  kemampuan, dan jumlah  siswa.  Dari  sini,  guru akan mendapatkan  data kualifikasi  siswa  yang akan dihadapinya  di dalam  kelas. Dasar yang dipakai untuk mengkelompokkan siswa adalah tingkat    kemampuan kognitif    siswa    dan   partisipasinya    selama  pembelajaran. Pengelompokkan    tingkat  kognitif   bisa  menggunakan acuan  Bloom  Taxonomy, sedangkan pengelompokan peserta  didik dilihat  berdasarkan    tingkat   partisipasi kontributif atau inisiatif siswa. Sebagian  besar siswa yang menunjukkan tingkat kontributif yang  rendah   dapat   dirangsang   dengan  menggunakan strategi    Cold    Calling. Pengelompokan  dan  pengkategorian  siswa   sangat bermanfaat   bagi  guru dalam menentukan strategi yang tepat untuk dilakukan dalam pembelajaran.

3.  Menyampaikan tujuan pembelajaran  kepada siswa.
Guru mengkapanyekan Cold Calling untuk membangun  kebiasaan  baru melalui tanya jawab. Siswa mendapatkan  informasi secara rinci mengenai  tujuan pelaksanaan   cold calling, aturan yang berlaku selama pembelajaran,  serta langkah-langkah pelaksanaan serta strategi Cold Calling. Memberitahukan tujuan pembelajaran  kepada  siswa akan membuat mereka lebih siap dalam menerima sebuah pelajaran. Selain itu, dalam kondisi seperti ini, siswa akan memiliki pemahaman  yang sama  mengenai  tujuan belajar dan hasil akhir yang akan dicapai  setelah belajar. Memiliki standar yang sama akan membuat jalannya pembelajaran menjadi efektif.

4.  Menentukan alokasi waktu yang diperlukan.
Menempatkan   target  dalam kurun  waktu  tertentu  sangatlah  penting.  Hal ini  dapat dilakukan dengan cara memberikan batas waktu dalam pencapaian  target atau dalam pembelajaran  bisa disebut  dengan durasi. Durasi   dapat  membantu  guru dalam melakukan  strategi pembelajaran   dengan Cold  Calling,  di mana dia akan membagi waktu untuk menjelaskan  dan mengatur waktu siswa dalam memberikan respons.

5.  Menentukan strategi pembelajaran.
Dalam  menentukan  strategi yang akan digunakan; Pre Call  atau Batched Call  dapat melihat kembali  karakteristik, kemampuan,  dan jumlah siswa. Berdasarkan dengan  data yang sudah dikumpulkan, guru dapat menentukan  strategi Cold Calling apa yang bisa dipakai. Guru dapat menerapkan strategi Pre Call pada kelas dengan jumlah siswa yang lebih besar dan cenderung memiliki beberapa siswa yang dominan. Sementara, strategi Batched  Call  dapat  diterapkan  pada kelas yang   sekiranya  memiliki  siswa  dengan karakteristik cenderung pendiam dan membutuhkan dorongan  untuk lebih percaya  diri. Dalam menentukan strategi pembelajaran,  guru perlu memunculkan prediksi sekaligus antisipasi terhadap permasalahan yang mungkin ada.

6.  Menentukan    cara  pembelajaran cara  pembelajaran, dapat   dilakukan dengan menjalankan langkah-langkah yang sudah tertuang dalam strateginya.
Pada saat menjalankan  strategi Pre-Call, maka cara yang akan ditempuh guru adalah menjelaskan materi kemudian menyebutkan nama siswa yang akan memberikan respons secara berurutan. Sedangkan  dalam  strategi Batched Call,  setelah menjelaskan,  guru akan memberi  contoh respons  dan  baru menyebutkan  urutan   siswa   yang akan memberikan respons. Reherase  and  Affirm  merupakan cara untuk  siswa  mebagikan jawaban secara non-verbal  dengan aplikasi  mereka.  Guru  dapat  memilih  siswa berdasarkan jawaban yang benar maupun jawaban yang menarik. Dengan memberikan respon yang tepat dan kesempatan  kepada  siswa untuk menjelaskan  pendapatnya  akan memotivasi siswa untuk lebih percaya  diri terhadap hasil pekerjaannya.

7.  Mendesain  materi yang sesuai dengan  strategi cold calling.
Bentuk materi pembelajaran dapat berupa rangkuman, ppt, maupun video termasuk juga pilihan kata yang akan digunakan dapat ditentukan setelah mempertimbangkan  tujuan, tingkat pemahaman   siswa,  dan alokasi waktu.  Penentuan  materi  perlu  diatur  agar pelaksanaan cold calling dapat berlangsung dengan mulus. Guru dapat menggunakan cara bertanya di awal pembelajaran  untuk membuat  mereka fokus pada materi yang akan diajarkan atau di akhir pembelajaran  untuk sebagai refleksi terhadap hal-hal yang telah mereka pelajari atau lakukan selama di kelas. Di awal pembelajaran,  siswa akan diberikan pertanyaan sederhana  terlebih dahulu, hal-hal yang menarik perhatian mereka ataupun konsep yang pernah mereka pelajari.

8.  Menentukan skema pelaksanaan pembelajaran.
Skema pembelajaran dapat diartikan sebagai lesson plan. Dalam skema ini guru dapat menuliskan target, durasi, materi, dan daftar pertanyaan hal yang perlu dilakukan guru dan hal yang perlu dilakukan oleh siswa. Skema yang disusun berisi informasi secara detail yang mendukung pencapaian  tujuan. Guru dapat  mengikuti  skema berikut  ini.

Langkah pertama adalah mengajukan pertanyaan kepada  siswa lalu memberikan siswa waktu berpikir sebelum  memilih salah seorang untuk menjawab  pertanyaan.  Kemudian, guru  memilih seseorang untuk menjawab   dan memberikannya respon jawaban yang tepat. Langkah terakhir  adalah  memilih siswa yang lain untuk menjawab   pertanyaan. Skema ini akan menjadi panduan saat guru melakukan pembelajaran.

9.  Mengevaluasi  hasil pembelajaran.
Setelah melaksanakan pembelajaran  menggunakan  strategi Cold Calling, guru dapat menyusun sebuah  evaluasi. Evaluasi dapat berupa  refleksi guru saat mengajar, respons siswa, keberhasilan dan kegagalan  strategi, juga menyortir hal-hal mana saja yang bisa digunakan  atau tidak dalam persiapan  selanjutnya. Evaluasi harus menitikberatkan pada cara bagaimana   pelaksanaan  itu dilakukan, bukan kepada hasilnya. Sehingga  pada kegiatan selanjutnya hal-hal yang dirasa telah membawa  dampak baik bagi pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan Cold  Calling  akan dilakukan kembali,  sementara hal yang tidak tepat  akan dihilangkan  dan diganti  yang baru sesuai dengan proses evaluasi.

10.Merencanakan perbaikan sesuai hasil evaluasi.
Perencanaan perbaikan dapat dilaksanakan dengan  melihat kembali alur data to value chain  yang sudah diterapkan  secara utuh.  Dari  sini  kita  bisa melihat  kelemahan, kelebihan, dan memutuskan tidakan perbaikan  yang paling sesuai untuk dilakukan pada Cold Calling berikutnya.

Demikianlah  rehearse and affirmation kami mengenai  Cold Calling.

Trending