
Cold Calling merupakan sebuah strategi pemberian pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk mendukung model pembelajaran tatap muka maupun jarak jauh dengan memperhatikan keberagaman karakterisitik siswa. Dalam strategi ini, guru meminta siswa untuk merespons penjelasan dan materi belajar, tanpa membuat mereka merasa terekspos. Tujuan dari Cold Calling adalah membuat semua siswa terlibat dalam proses berpikir, sebab proses belajar tidak dapat terjadi jika siswa tidak berpikir. Strategi Cold Calling menjadi cara paling efektif untuk memaksimalkan proses berpikir dengan adanya pertukaran tanya jawab yang dinamis dan responsif.
Berikut adalah penjabaran lebih detil mengenai strategi Cold Calling, dari keutamaannya, manfaat, kelemahan, hingga pelaksaannya di dalam kelas.
Pentingnya penerapan cold calling di dalam kelas
Cold Calling penting untuk diterapkan di dalam kelas karena strategi ini memuat pembiasaan mental siswa untuk mendengarkan, terlibat, dan berpikir ketika ada sebuah pertanyaan atau penjelasan. Pembiasaan ini dapat menumbuhkan sikap perhatian, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan tentu saja konsentrasi atau fokus siswa terhadap hal yang sedang dipelajari. Di sisi lain, Cold Calling dapat membuat guru memberikan respons balik yang tepat untuk setiap siswa sekaligus mengecek langsung pemahaman mereka. Guru mempunyai peran yang signifikan dalam mengondisikan siswa untuk berpikir dan terlibat dalam pembelajaran.
Peran guru dan pilihan strategi cold calling
Skenario Cold Calling yang matang perlu didesain agar setiap siswa mengalami proses berpikir dan berkesempatan menikmati jalannya pembelajaran di kelas. Guru dapat menggunakan startegi ini di awal pembelajaran untuk membuat mereka fokus pada materi yang akan diajarkan atau di akhir pembelajaran untuk sebagai refleksi terhadap hal-hal yang telah mereka pelajari atau lakukan selama di kelas. Di awal pembelajaran, siswa akan diberikan pertanyaan sederhana terlebih dahulu, hal-hal yang menarik perhatian mereka ataupun konsep yang pernah mereka pelajari.
Variasi strategi pemanggilan yang dapat dipilih adalah Pre-Call atau Batched Cold Call. Urutan siswa yang dipilih pun dapat dibuat bergantian agar masing-masing siswa terbentuk mental berpikir. Batasan waktu dapat disampaikan kepada siswa agar proses tanya jawab berlangsung sesuai skenario. Guru bisa menggunakan urutan ”Bertanya- Jeda – Sebut Nama Siswa”. Dengan melakukannya, kita memastikan bahwa setiap siswa mendengar pertanyaan dan mulai bersiap dengan jawaban selama jeda. Selanjutnya, siswa dipanggil namanya berdasarkan strategi pre-call atau batched cold call yang dipilih. Saat meminta siswa untuk menjawab, kita perlu untuk menggunakan nada yang positif dan kalimat yang membangun. Segera setelah siswa menjawab, guru memberikan respon yang tepat sebagai konfirmasi jawaban. Guru dapat melanjutkan dengan memilih siswa lain. Bentuk follow up yang dapat dipergunakan saat memilih siswa lain adalah dapat dengan mengajukan pertanyaan yang sama atau mengomentari jawaban teman sebelumnya. Siswa yang terbiasa dengan Cold Calling akan menganggap bahwa kegiatan ini adalah rutinitas yang membentuk kultur dan mental berpikir.
Langkah-langkah cold calling.
Secara ringkas, terdapat lima langkah Cold Calling yang harus dilakukan secara urut untuk mendukung proses untuk menjawab pertanyaan dan mendukung pemrosesan informasi yang melibatkan working memory siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dan penjelasan berikut.

1. Awali dengan pertanyaan
Guru dapat mengawali dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan pun dibuat susunannya sejalan dengan tahapan berpikir B-TAX, sehingga pertanyaan disusun dari sederhana atau mudah bagi siswa untuk menjawab baru dilanjutkan ke soal lebih sukar.
2. Memberi waktu untuk berpikir
Dengan waktu yang diberikan siswa untuk berpikir, mereka memiliki jeda untuk memahami pertanyaan dan menyusun respons.
3. Pilih siswa untuk merespons
Saat memilih seseorang untuk menjawab, guru akan menggunakan berbagai variasi strategi Cold Calling seperti Pre-Call atau Batched Cold Call. Guru berperan dalam menciptakan lingkungan untuk mempengaruhi pemrosesan informasi. Oleh karenanya, guru perlu membangun iklim yang kondusif selama proses tanya jawab berlangsung.
4. Berikan umpan balik
Pemberian umpan balik dapat digunakan sebagai konfirmasi informasi yang tepat. Saat inilah proses belajar sedang terjadi.
5. Pilih siswa lainnya untuk merespons
Langkah terakhir adalah memilih siswa lain untuk merespon dan langkah-langkah cold calling akan kembali berulang. Hal ini membuat proses berpikir terjadi tidak hanya pada satu siswa, tetapi juga siswa lain dalam mendapatkan kesempatan yang sama.
Manfaat Cold Calling
Sebagai sebuah strategi yang mengandalkan pertanyaan respons dan umpan balik, Cold Calling memiliki beberapa manfaat untuk siswa dan guru.
Intervensi guru sangat berperan dalam mendukung partisipasi dan proses berpikir siswa. Melalui strategi ini, guru dapat mendesain pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif berpikir melalui aktivitas tanya jawab. Pada saat bersamaan melalui serangkaian langkah Cold Calling, guru mampu menstimulasi siswa untuk berpikir. Kesulitan guru untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa yang sesungguhnya dapat diatasi melalui observasi terhadap respon dan jawaban siswa.
Tidak hanya guru yang merasakan manfaat dari penerapan strategi ini, tetapi juga siswa. Pembelajaran jarak jauh ini saat yang tepat untuk membangun kebiasaan baru apapun aktivitas pembelajarannya. Masing-masing dari mereka harus mulai membangun mental untuk bersiap diri mengemukakan pendapatnya di hadapan teman-temannya. Siswa juga akan belajar untuk fokus dan dikondisikan terlibat karena masing-masing dari akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berbicara. Melalui Cold Calling, siswa juga mendapatkan feedback secara personal, sehingga pemahaman siswa dapat terkonfirmasi dengan tepat. Hal yang mendasar adalah siswa akan merasa kehadirannya diperhatikan oleh guru.
Prediksi kelemahan dan antisipasi cold calling.
Strategi Cold Calling dapat menjadi lemah jika dihadapkan dengan jumlah murid yang banyak. Namun, kita dapat mengatasinya melalui manajemen dan perencanaan waktu yang matang. Perencanaan yang matang dapat meminimalisir tidak tercapainya target pembelajaran dengan menggunakan strategi cold calling.
Kelemahan lainnya adalah strategi cold calling tidak bisa disamaratakan penerapannya untuk siswa upper dan lower level. Strategi pre-call dan batched call sangat mungkin untuk diterapkan kepada siswa upper level. Namun, untuk siswa lower level, masih diperlukan penyesuaian.
Maka, strategi pre-call pun dapat dipilih untuk kelompok siswa lower level, yang memiliki kecenderungan aktif dalam merespons. Guru dapat menerapkan strategi ini agar siswa di dapat lebih mempersiapkan diri menjawab setelah guru memberikan penjelasan, membaca bacaan atau menyimak video. Guru akan mengumumkan urutan merespons, sehingga siswa akan segera bersiap untuk fokus dengan apa yang guru ajarkan sehingga jawaban mereka nanti juga akan tetap sesuai dengan topik yang dibahas. Strategi ini selain membuat semua siswa untuk terlibat dalam proses berpikir, juga membantu siswa untuk fokus dengan apa yang sedang dipelajari. Pada saat menjalankan strategi ini, guru juga mengkondisikan siswa untuk berbicara menunggu giliran dan mau saling mendengarkan jawaban temannya untuk menumbuhkan cara berkomunikasi yang baik.
Di sisi lain, strategi Batched-Call dapat diterapkan pada kelas yang sekiranya memiliki siswa dengan karakteristik yang cenderung pendiam. Pertama-tama, guru akan memberikan penjelasan, kemudian menyebutkan urutan siswa yang akan memberikan respons. Dalam strategi ini guru menghindari memanggil siswa dengan tiba-tiba. Mereka cenderung diberikan waktu untuk berpikir agar siswa tidak merasa terintimidasi atau merasa terekspos ketika menjawab pertanyaan. Ketika siswa merasa bahwa semua temannya akan menjawab maka mereka merasa lebih percaya diri untuk mengutarakan rensponsnya.
Lantas bagaimanakah approach and procedures dari strategi cold calling sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang lebih bermakna? Kita dapat menilik kembali data to value chain untuk menghasilkan langkah-langkah yang terarah untuk menyusunnya.

Berdasarkan data to value chain maka dapat disusun 10 Approach & Procedures Cold Calling sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan penggunaan strategi Cold Calling.
Pemahaman yang tepat mengenai strategi Cold Calling menjadi cara paling efektif untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan Cold Calling adalah membuat semua siswa ikut dalam proses berpikir, tujuan ini sudah spesifik, terukur, dapat dilaksanakan, relevan, dan memiliki durasi yang jelas sesuai dengan lesson mapping yang telah dibuat.
2. Memetakan dan mengkategorikan pemahaman siswa terkait dengan materi pembelajaran.
Pemetaan dapat dilakukan dengan cara menganalisa karakteristik, kemampuan, dan jumlah siswa. Dari sini, guru akan mendapatkan data kualifikasi siswa yang akan dihadapinya di dalam kelas. Dasar yang dipakai untuk mengkelompokkan siswa adalah tingkat kemampuan kognitif siswa dan partisipasinya selama pembelajaran. Pengelompokkan tingkat kognitif bisa menggunakan acuan Bloom Taxonomy, sedangkan pengelompokan peserta didik dilihat berdasarkan tingkat partisipasi kontributif atau inisiatif siswa. Sebagian besar siswa yang menunjukkan tingkat kontributif yang rendah dapat dirangsang dengan menggunakan strategi Cold Calling. Pengelompokan dan pengkategorian siswa sangat bermanfaat bagi guru dalam menentukan strategi yang tepat untuk dilakukan dalam pembelajaran.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Guru mengkapanyekan Cold Calling untuk membangun kebiasaan baru melalui tanya jawab. Siswa mendapatkan informasi secara rinci mengenai tujuan pelaksanaan cold calling, aturan yang berlaku selama pembelajaran, serta langkah-langkah pelaksanaan serta strategi Cold Calling. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa akan membuat mereka lebih siap dalam menerima sebuah pelajaran. Selain itu, dalam kondisi seperti ini, siswa akan memiliki pemahaman yang sama mengenai tujuan belajar dan hasil akhir yang akan dicapai setelah belajar. Memiliki standar yang sama akan membuat jalannya pembelajaran menjadi efektif.
4. Menentukan alokasi waktu yang diperlukan.
Menempatkan target dalam kurun waktu tertentu sangatlah penting. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan batas waktu dalam pencapaian target atau dalam pembelajaran bisa disebut dengan durasi. Durasi dapat membantu guru dalam melakukan strategi pembelajaran dengan Cold Calling, di mana dia akan membagi waktu untuk menjelaskan dan mengatur waktu siswa dalam memberikan respons.
5. Menentukan strategi pembelajaran.
Dalam menentukan strategi yang akan digunakan; Pre Call atau Batched Call dapat melihat kembali karakteristik, kemampuan, dan jumlah siswa. Berdasarkan dengan data yang sudah dikumpulkan, guru dapat menentukan strategi Cold Calling apa yang bisa dipakai. Guru dapat menerapkan strategi Pre Call pada kelas dengan jumlah siswa yang lebih besar dan cenderung memiliki beberapa siswa yang dominan. Sementara, strategi Batched Call dapat diterapkan pada kelas yang sekiranya memiliki siswa dengan karakteristik cenderung pendiam dan membutuhkan dorongan untuk lebih percaya diri. Dalam menentukan strategi pembelajaran, guru perlu memunculkan prediksi sekaligus antisipasi terhadap permasalahan yang mungkin ada.
6. Menentukan cara pembelajaran cara pembelajaran, dapat dilakukan dengan menjalankan langkah-langkah yang sudah tertuang dalam strateginya.
Pada saat menjalankan strategi Pre-Call, maka cara yang akan ditempuh guru adalah menjelaskan materi kemudian menyebutkan nama siswa yang akan memberikan respons secara berurutan. Sedangkan dalam strategi Batched Call, setelah menjelaskan, guru akan memberi contoh respons dan baru menyebutkan urutan siswa yang akan memberikan respons. Reherase and Affirm merupakan cara untuk siswa mebagikan jawaban secara non-verbal dengan aplikasi mereka. Guru dapat memilih siswa berdasarkan jawaban yang benar maupun jawaban yang menarik. Dengan memberikan respon yang tepat dan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan pendapatnya akan memotivasi siswa untuk lebih percaya diri terhadap hasil pekerjaannya.
7. Mendesain materi yang sesuai dengan strategi cold calling.
Bentuk materi pembelajaran dapat berupa rangkuman, ppt, maupun video termasuk juga pilihan kata yang akan digunakan dapat ditentukan setelah mempertimbangkan tujuan, tingkat pemahaman siswa, dan alokasi waktu. Penentuan materi perlu diatur agar pelaksanaan cold calling dapat berlangsung dengan mulus. Guru dapat menggunakan cara bertanya di awal pembelajaran untuk membuat mereka fokus pada materi yang akan diajarkan atau di akhir pembelajaran untuk sebagai refleksi terhadap hal-hal yang telah mereka pelajari atau lakukan selama di kelas. Di awal pembelajaran, siswa akan diberikan pertanyaan sederhana terlebih dahulu, hal-hal yang menarik perhatian mereka ataupun konsep yang pernah mereka pelajari.
8. Menentukan skema pelaksanaan pembelajaran.
Skema pembelajaran dapat diartikan sebagai lesson plan. Dalam skema ini guru dapat menuliskan target, durasi, materi, dan daftar pertanyaan hal yang perlu dilakukan guru dan hal yang perlu dilakukan oleh siswa. Skema yang disusun berisi informasi secara detail yang mendukung pencapaian tujuan. Guru dapat mengikuti skema berikut ini.
Langkah pertama adalah mengajukan pertanyaan kepada siswa lalu memberikan siswa waktu berpikir sebelum memilih salah seorang untuk menjawab pertanyaan. Kemudian, guru memilih seseorang untuk menjawab dan memberikannya respon jawaban yang tepat. Langkah terakhir adalah memilih siswa yang lain untuk menjawab pertanyaan. Skema ini akan menjadi panduan saat guru melakukan pembelajaran.
9. Mengevaluasi hasil pembelajaran.
Setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan strategi Cold Calling, guru dapat menyusun sebuah evaluasi. Evaluasi dapat berupa refleksi guru saat mengajar, respons siswa, keberhasilan dan kegagalan strategi, juga menyortir hal-hal mana saja yang bisa digunakan atau tidak dalam persiapan selanjutnya. Evaluasi harus menitikberatkan pada cara bagaimana pelaksanaan itu dilakukan, bukan kepada hasilnya. Sehingga pada kegiatan selanjutnya hal-hal yang dirasa telah membawa dampak baik bagi pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan Cold Calling akan dilakukan kembali, sementara hal yang tidak tepat akan dihilangkan dan diganti yang baru sesuai dengan proses evaluasi.
10.Merencanakan perbaikan sesuai hasil evaluasi.
Perencanaan perbaikan dapat dilaksanakan dengan melihat kembali alur data to value chain yang sudah diterapkan secara utuh. Dari sini kita bisa melihat kelemahan, kelebihan, dan memutuskan tidakan perbaikan yang paling sesuai untuk dilakukan pada Cold Calling berikutnya.
Demikianlah rehearse and affirmation kami mengenai Cold Calling.





