A. Pengertian Cold Calling
Cold Calling adalah strategi pembelajaran yang melibatkan semua siswa tanpa kecuali untuk berpartisipasi menjawab pertanyaan atau berpendapat. Semua siswa wajib terlibat, tidak ada siswa yang hanya diam menunggu temannya berpendapat. Strategi tanya jawab ini membiasakan aktivitas berpikir yang dinamis, responsif, dan terbuka untuk setiap orang. Jika pada umumnya aktivitas berpikir dan berpendapat di sebuah kelas didominasi oleh siswa yang aktif dan penuh ide, kelas Cold Calling menanamkan konsep kepada setiap siswa secara merata bahwa aktivitas berpikir adalah hal yang biasa dilakukan oleh semua orang, karena setiap pendapat pasti didengarkan dengan baik.
B. Tujuan Cold Calling
Dengan adanya kelas Cold Calling, banyak hal positif yang bisa dibangun dan dikembangkan. Kita bisa memastikan bahwa setiap individu secara konsisten melakukan aktivitas berpikir dan memberikan jawaban atau pendapat. Dari setiap pendapat yang diberikan, kita bisa melihat sejauh mana kedalaman pemahaman siswa terhadap topik diskusi, sehingga kita dapat mengetahui proses berpikir siswa dalam mencerna informasi yang diberikan. Cold Calling juga membuat siswa terlibat lebih aktif dan merata dalam diskusi, oleh karena itu Cold Calling mampu menjadi aktivitas yang ramah anak dan suportif terhadap perkembangan mereka sebagai pribadi yang lebih percaya diri dalam keseharian. Dari aktivitas tersebut, terlihat jelas bahwa tujuan penerapan metode Cold Calling terdiri dari:
1. Kemampuan akademik siswa yang terbentuk karena ada waktu untuk proses berpikir yang harus dilakukan.
2. Kemampuan sosial ketika siswa belajar menerima inputs dari jawaban yang dia berikan.
3. Kemampuan personal siswa, dimana siswa lebih percaya diri dalam berpikir, memiliki ide, dan berpendapat dengan nyaman.
C. Pihak yang terlibat dalam Cold Calling
Guru tidak dapat menerapkan Cold Calling di dalam kelas tanpa melibatkan partisipasi siswa. Namun, gurulah yang memegang kendali dalam pelaksanaan Cold Calling. Di awal pembelajaran, guru dapat memberikan umpan berupa pertanyaan, kemudian menunjuk siswa untuk memberikan respons. Guru juga menyampaikan feebacknya terhadap jawaban setiap siswa. Tidak hanya sampai pada tahap pemberian feedback, guru dapat menunjuk siswa-siswa lain untuk merespons jawaban temannya. Pada proses tersebut, guru mendorong seluruh siswa di dalam kelas untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga setiap siswa akan merasa dirinya adalah bagian dari kelas dan memiliki kesempatan yang sama dalam setiap proses pembelajaran.
Berdasarkan informasi di atas, kelas Cold Calling dilakukan oleh guru dan siswa, di mana masing-masing dari mereka memiliki peran penting untuk berpartisipasi di dalamnya. Guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang tepat dalam mengangkat atau membahas topik diskusi, sehingga siswa juga akan memiliki pengalaman belajar yang dekat dan menyenangkan di setiap aktivitas berpikir yang dilakukan. Aktivitas berpikir akan berjalan mengalir seperti biasa tanpa memberatkan siswa dalam memproses informasi karena informasi diolah dengan pertanyaan- pertanyaan sederhana yang mengarahkan siswa menuju ke pemahaman materi yang lebih terkait konsep yang sedang dipelajari.
D. Pentingnya penerapan Cold Calling di kelas
Strategi Cold Calling memiliki beragam hal positif terutama dalam menstimulasi perkembangan skill guru dan siswa di berbagai aspek. Oleh karena itu, banyak hal positif yang bisa dibangun dan dikembangkan baik dari sisi guru maupun siswa.
Hal-hal yang dapat dikembangkan melalui penerapan Cold Calling, yaitu:
1. Bagi guru, mengetahui progress siswa dalam belajar merupakan hal penting agar guru mampu merancang dan mempersiapkan planning pembelajaran terbaik di setiap meeting-nya. Apabila planning dan persiapan pembelajaran yang dirancang oleh guru matang, secara otomatis kemampuannya dalam manajemen kelas akan meningkat dan semakin terampil. Bisa dikatakan bahwa penerapan Cold Calling sejalan dengan kebutuhan guru untuk mengembangkan beragam skills tersebut. Selain guru bisa memiliki pendekatan yang lebih personal terhadap progress pemahaman siswa, guru juga bisa menguasai materi yang sedang dibahasnya lebih dalam melalui aktivitas tanya jawab yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
2. Bagi siswa, sebagai pembelajar yang aktif, akan memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan melalui penerapan Cold Calling. Hal ini karena siswa dilatih untuk melakukan aktivitas berpikir secara konsisten sehingga sistematika berpikir mereka akan sedikit demi sedikit terbangun. Selain itu, siswa juga mendapatkan konfirmasi knowledge yang tepat dari ide yang mereka sampaikan melalui feedback dari guru. Aktivitas Cold Calling juga menstimulasi siswa agar mereka memiliki kemampuan sosial dan personal yang lebih baik karena siswa berproses untuk lebih percaya diri dalam menyampaikan ide, menghargai dan mendengarkan pendapat siswa lain, serta merangsang mereka untuk lebih siap ketika bergabung di kelas berikutnya. Secara tidak langsung, hubungan personal antar siswa pun akan terbangun dengan positif karena mereka memiliki kesempatan yang sama dan merata dalam berpendapat, menyampaikan ide ataupun menanggapi feedback yang diberikan oleh guru/siswa lain.
E. Pentingnya Peran Guru dalam penerapan Cold Calling
Guru memegang peranan penting dalam menerapkan Cold Calling. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam mendesain dan merencanakan skenario pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran harus matang dan sistematis sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Agar strategi Cold Calling dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan pembelajar, maka diperlukan langkah- langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam mengondisikan siswa supaya partisipasinya di kelas lebih maksimal.
Berikut adalah langkah pengaplikasian Cold Calling di dalam kelas:
1. “Ask the questions”. Pertanyaan diajukan secara umum kepada seluruh siswa. Pertanyaan ini digunakan untuk “menggiring” siswa melakukan aktivitas selanjutnya.
2. “Give thinking time”. Dalam aktivitas berpikir ini, guru mengondisikan agar setiap siswa dapat fokus dan berkonsentrasi terhadap topik/pertanyaan yang diajukan sebelumnya, sehingga guru berhak meminta setiap siswa untuk berpikir dengan tenang.
3. “Select someone to respond”. Kegiatan utama di tahap ini adalah mengetahui jawaban/pendapat siswa dari pertanyaan yang diajukan pada awal kegiatan. Dalam memilih siswa untuk merespon, guru bisa menerapkan ”Pre-Call”, “Batched Cold-Call”, ataupun “Rehearse and Affirm” untuk memperlancar alurnya sesuai dengan fokus dan kebutuhan pembelajaran. Pre-Call adalah strategi Cold Calling dimana guru meminta siswa untuk memperhatikan materi terlebih dahulu, kemudian diberi waktu untuk merangkum materi tersebut. Batched Cold- Call adalah strategi Cold Calling yang meminta siswa untuk menjawab pertanyaan guru secara berurutan. Sedangkan Rehearse and Affirm adalah bentuk strategi yang mendorong siswa untuk lebih percaya diri mengungkapkan pendapatnya. Pemilihan strategi ini dilakukan agar siswa memiliki kesempatan yang sama dan merata untuk menyampaikan ide.
4. “Respond to the Answers”. Bagi guru, tahap ini digunakan untuk mengonfirmasi dan memberikan feedback atas jawaban siswa. Guru juga berkesempatan memberi pertanyaan lain yang berfokus pada pemahaman siswa, sehingga pemahaman siswa dapat terukur dengan tepat.
5. “Select Another Student”. Dalam tahap ini, guru memilih siswa lain untuk menanggapi atau menyampaikan opininya. Hal ini bertujuan untuk melihat topik atau pertanyaan yang sama dari sudut pandang lain, sehingga siswa bisa memiliki point of view yang berbeda. Dalam tahap ini pula, guru juga memberikan konfirmasi terkait jawaban yang benar dan alasannya sehingga siswa bisa merefleksi kembali apa yang sudah tepat dan apa yang masih perlu diperbaiki dari jawaban mereka.
F. Manfaat penerapan Cold Calling
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan Cold Calling adalah:
1. Siswa berkontribusi lebih banyak dalam pembelajaran di kelas.
2. Guru dapat mengukur pemahaman siswa dengan lebih akurat.
3. Guru dapat membuat rencana pembelajaran yang efektif dan efisien berdasarkan kemampuan siswa.
G. Kelemahan penerapan Cold Calling
Selain memiliki manfaat, Cold Calling juga memiliki beberapa kelemahan. Berikut adalah kelemahan penerapan Cold Calling yang perlu diantisipasi:
1. Penerapan Cold Calling di dalam kelas besar akan memakan waktu yang lebih lama. Untuk mengatasi hal ini, guru perlu mengkategorikan siswa berdasarkan kemampuannya. Setelah mengkategorikan siswa, guru dapat merencanakan jenis pertanyaan yang bisa diberikan untuk tiap kelompok dan berapa lama waktu yang diperikan pada tiap siswa untuk menjawab.
2. Besar kemungkinan siswa akan kehilangan fokus di tengah pembelajaran. Disinilah guru perlu menyampaikan jalannya kelas dengan penggunaan Cold Calling sebelum pembelajaran dimulai. Melalui informasi awal ini, siswa akan memiliki kesadaran sejak awal untuk memusatkan konsentrasinya.
3. Cold Calling bisa menjadi tantangan tersendiri untuk siswa yang tidak percaya diri. Hal ini dapat diantisipasi dengan pemberian feedback yang memotivasi untuk setiap siswa. Feedback yang membangun akan membuat siswa merasa dihargai dan kepercayaan diri siswa akan meningkat seiring berjalannya waktu.
4. Cold Calling membatasi gerak siswa untuk menyampaikan pendapat atau
bertanya. Cold Calling pada dasarnya bisa dikombinasikan dengan metode lain. Cold Calling tidak selalu harus digunakan selama proses pembelajaran. Guru dapat mengatur kapan saja siswa dapat menyampaikan pendapat atau bertanya. Misalnya, di awal pembelajaran guru meminta siswa untuk membagikan pengalamannya, lalu di akhir guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
H. 10 langkah persiapan Cold Calling
Berikut 10 langkah persiapan Cold Calling:
1. Menetapkan tujuan dari penerapan Cold Calling.
Tujuan dari penerapan Cold Calling menjadi langkah awal persiapan Cold Calling. Tujuan ini nantinya akan mengarahkan langkah-langkah selanjutnya untuk berfokus pada target yang ingin dicapai, yaitu mendorong setiap siswa untuk aktif menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan selama pembelajaran berlangsung.
2. Mengumpulkan data yang diperlukan.
Data menjadi hal dasar untuk mempersiapkan Cold Calling. Data yang dikumpulkan harus selaras dengan tujuan dari penerapan Cold Calling. Misalnya: karakter siswa, kemampuan siswa, hal-hal apa saja yang disukai siswa, aktivitas pembelajaran apa yang menarik atensi siswa, dll.
3. Memetakan dan mengkategorikan kemampuan siswa yang tepat dan cermat.
Data yang terkumpul kemudian dipetakan dan dikategorikan berdasarkan kemampuan siswa. Pemetaan dan pengkategorian ini akan membantu penentuan jenis pertanyaan yang akan diberikan untuk tiap kelompok. Selain itu, aktivitas yang dilakukan dalam tahap ini akan mempermudah guru dalam menentukan strategi dan skema apa yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Cold Calling nantinya.
4. Menentukan alokasi waktu.
Alokasi waktu menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Cold Calling. Alokasi waktu ini juga mempermudah pembuatan rencana pembelajaran yang efektif. Sebagai contoh, menentukan berapa lama waktu yang akan diberikan untuk tiap siswa untuk menjawab pertanyaan apakah 20 detik, 30 detik, dst.
5. Menyusun materi pembelajaran.
Materi pembelajaran merupakan hal penting dalam sebuah proses pembelajaran karena materi merupakan sarana untuk membantu siswa dalam memahami informasi yang diberikan. Agar lebih maksimal, materi pembelajaran yang akan diberikan pada siswa harus dirancang dengan baik agar siswa lebih mudah memahami materi dan mempermudah proses masuknya materi ke long term memory. Materi pembelajaran yang diberikan akan lebih baik lagi jika mempertimbangkan minat siswa yang tentu saja didukung oleh pemilihan bentuk materi serta media yang digunakan dalam kegiatan Cold Calling.
6. Menentukan strategi Cold Calling yang akan digunakan.
Strategi Cold Calling yang akan digunakan harus mempertimbangkan materi pembelajaran dan karakter siswa. Misalnya, menggunakan strategi Pre-call ketika menggunakan video dan meminta siswa untuk mengungkapkan kembali, menggunakan strategi Batched Cold-Call saat ingin memanggil siswa secara berurutan, atau menggunakan strategi Rehearse and Affirm jika materi yang digunakan dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa.
7. Menyusun rencana pembelajaran yang menggunakan Cold Calling.
Rencana pembelajaran merupakan bentuk draft tertulis yang disusun secara detail berdasarkan alokasi waktu, materi pembelajaran, dan strategi Cold Calling yang digunakan. Dalam penyusunan rencana pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal yang mungkin terjadi dan antisipasinya. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Cold Calling. Strategi tersebut juga dilakukan melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab. Guru dapat memilih beberapa strategi pendukung Cold Calling apabila strategi Pre-Call atau Batched Cold-Call tidak dapat menggali pemahaman siswa lebih dalam. Misalnya menggunakan strategi pendukung Think, Pair, Share. Strategi pendukung tersebut juga bisa dilaksanakan beriringan dengan pelaksanaan Cold Calling itu sendiri.
8. Mengaplikasikan rencana pembelajaran Cold Calling dalam kelas.
Mengaplikasikan rencana pembelajaran Cold Calling dalam kelas adalah bentuk ‘action’ nyata dari rencana yang sudah disusun. Dalam pengaplikasian rencana pembelajaran Cold Calling, akan lebih baik lagi jika siswa diberikan informasi mengenai tujuan penerapan Cold Calling agar siswa memiliki kesadaran untuk lebih fokus selama proses pembelajaran.
9. Mengevaluasi penerapan Cold Calling dalam kelas.
Evaluasi penerapan Cold Calling di dalam kelas bertujuan untuk memantau sejauh mana progress tujuan Cold Calling yang sudah tercapai. Guru dapat melakukan evaluasi terhadap penerapan Cold Calling secara berkala dan dilakukan berdasarkan outcomes yang dihasilkan ketika rangkaian kegiatan Cold Calling sudah terlaksana. Dalam proses evaluasi, guru perlu merefleksikan hal-hal apa saja yang berjalan dengan baik, hal-hal apa saja yang mempengaruhi keberhasilan, hal-hal apa saja yang harus ditingkatkan, apakah kegiatan Cold Calling yang dilaksanakan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau belum, apakah perlu ada perbaikan strategi dalam pelaksanaannya, serta refleksi lain yang membantu guru bisa meningkatkan kualitas pelaksanaan Cold Calling yang dilakukan, sehingga rangkaian kegiatan Cold Calling selanjutnya dapat dilaksanakan dengan semakin baik.
10.Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi.
Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi merupakan proses pengulangan dari persiapan Cold Calling. Yang membedakan penyusunan rencana pembelajaran ini adalah penggunaan data dari hasil evaluasi penerapan Cold Calling yang sudah dilakukan sebelumnya. Penggunaan data dari hasil evaluasi akan membantu penyusunan rencana pembelajaran yang lebih matang sehingga tujuan yang ditetapkan akan lebih cepat tercapai.





