Pengertian Cold Calling
Cold calling adalah suatu  strategi untuk mengukur  dan mengonfirmasi pemahaman  siswa terhadap  informasi  yang disampaikan  oleh guru. Cold calling  dilakukan  dengan cara mengajukan  pertanyaan kepada  siswa untuk memastikan bahwa  mereka memahami dengan baik informasi atau materi yang disampaikan  oleh guru. Strategi ini memberikan kesempatan semua  siswa untuk berpikir, berpartisipasi dan terlibat aktif dalam  diskusi kelas tanpa adanya dominasi oleh siswa-siswa tertentu.

Tujuan Cold Calling
Tujuan  cold calling  adalah untuk mengonfirmasi   seberapa  baik pemahaman   siswa akan sebuah informasi/ konsep yang telah dipelajari melalui pertanyaan yang diberikan. Konfirmasi pemahaman ini bukan tentang “Have you understood?”  melainkan  tentang “What have you understood?”. Selain itu, cold calling juga diaplikasikan dengan tujuan agar siswa merasa bahwa mereka berada di kelas yang tepat dan menjadi  bagian  dari kelas tersebut; sehingga mereka tidak merasa terpaksa dalam  merespon pertanyaan.  Dengan cold calling guru juga dapat  memastikan  bahwa siswa  belajar  sesuatu  dari  yang disampaikannya  karena  siswa terlatih  untuk  menyimak,  mendengarkan,   memikirkan  jawaban dan menanggapi  sebuah informasi.

Siapa saja yang berperan dalam kegiatan Cold Calling?
Kontribusi setiap orang sangat penting dalam proses cold calling, baik guru maupun  siswa. Guru bertugas menciptakan dan memberikan informasi yang kondusif agar siswa memahami konsep  dengan  baik. Selain itu guru harus mampu  menstimulus siswa untuk dapat berpikir, berpartisipasi dan terlibat aktif dalam  proses  belajar.  Sementara  siswa bertugas  untuk fokus memperhatikan dan menelaah  setiap informasi baru yang mereka dapatkan baik dari guru maupun respon  siswa  lain saat  menjawab, selain itu  siswa   juga berperan untuk  aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas. Dengan demikian pelaksanaan cold calling dapat berjalan.

Langkah penerapan Cold Calling
Untuk dapat menjalankan  cold calling, guru harus mempersiapkan cold calling dengan baik. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni:
1.  Menentukan tujuan penggunaan  cold calling dalam pembelajaran.  Misalnya, apakah cold calling bertujuan untuk mengetahui pemahaman  siswa atau untuk membentuk kebiasaan siswa.

2.  Mencari data mengenai kondisi siswa baik secara kognitif maupun perilaku. Kondisi siswa dapat  berupa: prior knowledge  siswa,  ketahanan,  kemampuan  menerima  materi, serta data siswa yang aktif dan pasif saat diskusi kelas. Pencarian data dapat dilakukan melalui pengamatan  langsung maupun kuisioner yang diberikan kepada siswa.

3.  Mengolah data hingga menjadi sebuah informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan  membuat desain materi dan strategi cold calling. Hasil pengolahan  data ini berupa pemetaan dan pengkatagorian  pemahaman  siswa, partisipasi siswa, dan kendala yang mereka hadapi  saat proses memahami  konsep  maupun diskusi kelas.

4.  Memilah dan  memetakan   data yang didapatkan,   guru bisa melanjutkan   dengan memetakan  materi dan learning target yang mungkin untuk mengaplikasikan  cold calling di kelas.

5.  Membuat rencana pembelajaran. Perencanaan ini meliputi: pengemasan  konsep  materi ajar, pemilihan  strategi cold calling, pengkondisian  lingkungan belajar,  dan membuat daftar pertanyaan yang akan diberikan.

Pembuatan daftar pertanyaan perlu mempertimbangkan aspek berikut:

  • Pertama berikan pertanyaan  yang  berfokus  pada metode dan proses  berpikir siswa, bukan hanya berfokus pada jawaban benar atau salah.
  • Dilanjutkan dengan  model pertanyaan yang mampu  membuat  siswa menyampaikan jawaban dengan lebih baik.
  • Terakhir  membuat   pertanyaan   yang mengharuskan   siswa  untuk mengoneksikan pemahaman mereka dengan jawaban teman sebelumnya, hal ini untuk  memastikan bahwa setiap siswa mendengarkan satu sama lain selama proses cold calling.

6.  Memperkenalkan cold calling kepada siswa, dengan memberikan penjelasan dan contoh pelaksanaan cold calling. Pelaksanaan cold calling :

  • Memberikan pertanyaan kepada  seluruh siswa.
  • Memberikan waktu siswa untuk memahami  pertanyaan dan memikirkan jawaban.
  • Memilih siswa untuk menyampaikan  ide/ jawaban mereka.
  • Memberikan tanggapan yang mampu membuat siswa berpikir lebih baik.
  • Memilih siswa lain untuk memberikan  tanggapan.

7.  Melaksanakan adaptasi penggunaan cold calling. Pembiasaan ini dapat dilakukan dengan melakukan strategi pre-call, batched call, dan rehears & affirm.

  • Pre-call yakni proses memanggil siswa terlebih dahulu dan menjelaskan bahwa mereka akan menjadi yang pertama untuk memberikan respon; sehingga siswa menjadi lebih siap dalam memberikan respon.
  • Batched call yakni kegiatan  memanggil  2-3 siswa dan menjelaskan bahwa mereka akan diminta memberikan  tanggpan  sesuai urutan. Dengan  strategi ini siswa akan lebih fokus memperhatikan setiap informasi yang disampaikan temannya, memberi mereka waktu ekstra untuk mempersiapkan diri dan juga membantu guru mengoordinasikan pertanyaan yang diberikan.
  • Rehearse and affirm yakni guru memberikan ruang siswa untuk mengonfirmasi respon mereka  terlebih dahulu,  sebelum  respon  tersebut disampaikan  dalam diskusi kelas. Strategi dapat digunakan  untuk membentuk rasa percaya  diri siswa.

8.  Menggunakan  cold calling secara rutin. Dengan penggunaan  cold calling secara perlahan dan  rutin mampu membiasakan siswa untuk aktif terlibat dalam strartegi cold calling.

Kelebihan dan Kekurangan Cold Calling
Penggunaan  cold calling di dalam kelas memiliki beberapa kelebihan yakni:

1.  Seluruh  siswa  menjadi  aktif berpartisipasi   dalam diskusi  kelas, sehingga  tidak ada dominasi  siswa di dalam  kelas.  Hal ini dikarenakan  guru memberikan  seluruh siswa kesempatan  untuk berpartisipasi di dalam sebuah  diskusi.

2.  Siswa merasa diterima di dalam kelas dan menjadi bagian  dalam kelas tersebut karena guru melibatkan mereka dalam setiap diskusi kelas.

3.  Siswa   menjadi  lebih fokus   dalam menyimak,   mendengarkan,   dan  memikirkan jawabannya.  Hal ini  karena   mereka  harus mempersiapkan  diri  untuk  menjawab pertanyaan,    menanggapi sebuah  pernyataan    ataupun untuk    menyampaikan pemahaman mereka tentang suatu konsep.

4.  Informasi  yang didapatkan  siswa dapat  masuk ke dalam long term memory karena siswa diberi kesempatan  untuk mengulang  dan merevisi pemahaman mereka tentang suatu konsep.

5.  Melalui  diskusi  kelas  tersebut  guru dapat  mengetahui  tingkat pemahaman   siswa berdasarkan respon yang mereka berikan.

Selain memiliki  banyak   kelebihan   tentu  saja cold calling  mempunyai  kelemahan.   Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat menggunakan  strategi cold calling. Pertama pelaksanaan cold calling ini membutuhkan  waktu yang lebih lama. Hal ini dikarenakan  adanya proses konfirmasi langsung terhadap setiap murid. Sehingga  tidak semua learning target dapat tercapai. Selanjutnya bagi siswa yang kurang percaya diri, mereka akan  sulit mengikuti  strategi cold calling.

Namun kekurangan  tersebut  masih dapat diantisipasi  dengan perencanaan  yang baik. Perencanaan yang matang dalam mengelola  skala prioritas pada learning target yang akan menggunakan  startegi cold calling. Dalam hal ini formula data to value chain sangat penting untuk diterapkan di sini.

Approach & Procedure Cold calling

Langkah 1:
Menentukan tujuan penggunaan   cold calling dalam menyampaikan  materi pembelajaran. Tujuan  ini harus mengikuti  SMART Philosophy  yaitu Specific, Measurable, Achievable, Realistic and Time bound.  Tujuan perlu ditetapkan karena  hal ini akan membantu  untuk membuat kegiatan cold calling lebih terarah.

Langkah 2:
Mencari dan mengumpulkan data terkait kondisi  kognitif maupun  karakteristik siswa. Kondisi- kondisi  ini merujuk pada: keragaman prior knowledge siswa, ketahanan, kemampuan menerima  materi, serta data siswa yang aktif dan pasif saat diskusi kelas. Pencarian data dapat dilakukan melalui pengamatan  langsung maupun kuisioner yang diberikan kepada siswa.

Langkah 3:
Mengolah dan memetakan semua data yang dimiliki ke dalam  konteks yang tepat dan sesuai dengan  tujuan cold calling. Hasil pengolahan  data ini berupa pemetaan dan pengkatagorian pemahaman siswa, partisipasi siswa, dan kendala yang mereka hadapi saat proses memahami konsep maupun  diskusi kelas.  Data yang telah  terkelompokkan  ini  akan menjadi  sebuah informasi yang dibutuhkan oleh  guru untuk mendesain  aktivitas cold calling.

Langkah 4:
Mengoneksikan   informasi  yang didapat  dengan prior  knowledge   yang dimiliki  untuk mendapatkan  knowledge  baru. Knowledge baru ini  akan menjadi landasan penyusunan aktivitas cold calling di kelas. Misalkan: Siswa yang pemahaman  konsepnya  kurang bagus cenderung  pasif, sehingga   perlu  diberikan  stimulus yang dapat  merangsang  siswa  untuk berpikir, berpartisipasi dan terlibat aktif dalam diskusi kelas yakni menggunakan  cold calling.

Langkah 5:
Melakukan pemetaan  materi ajar berdasarkan  kompleksitas dan alokasi waktu yang dimiliki. Kompleksitas  materi menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan pemetaan. Sehingga  guru perlu memilih materi mana yang paling memungkinkan  untuk mengaplikasikan aktivitas cold calling.

Langkah 6:
Menentukan  strategi cold  calling yang akan digunakan  dalam penyampaian   materi ajar. Strategi  ini  harus  sesuai dengan tujuan,  kondisi  siswa,  materi,  dan alokasi waktu  yang dibutuhkan. Misalkan menggunakan  strategi cold calling pre-call dan batched call.

Langkah 7:
Membuat skema pelaksanaan cold calling secara rinci. Rincian skema berupa  materi, durasi, cara pelaksanaan cold calling, daftar pertanyaan yang akan diberikan. Setelah skema dibuat dan disetujui, dilanjutkan dengan  pembuatan  dan penyusunan materi ajar.

Langkah 8:
Menyampaikan    materi   ajar dan  pemberian cold  calling   kepada siswa.   Materi   yang disampaikan  bisa materi  yang baru atau pengulangan  dari  materi  yang telah  dibahas sebelumnya.   Siswa  diberi  waktu  untuk  memahami   materi  yang disampaikan  dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan ringan dan sederhana  kepada  seluruh siswa. Memberikan siswa waktu untuk memahami  pertanyaan dan memikirkan jawaban.  Dengan  waktu yang ada guru dapat memindai kelas dan memperhatikan fokus siswa. Guru akan memanggil beberapa nama dalam daftar yang telah dibuat dan menyampaikan kepada mereka bahwa nama yang disebutkan  akan secara bergiliran  memberikan  respon  atas pertanyaan  yang diberikan. Selanjutnya memilih siswa untuk menyampaikan  ide/ jawaban mereka lalu guru memberikan tanggapan. Terakhir memilih  siswa  lain untuk  merespon,  dengan memberikan  pertanyaan yang sama persis atau pertanyaan yang lebih dalam.

Langkah 9:
Mengevaluasi  pelaksanaan  cold calling  dalam menyampaikan  materi  ajar. Evaluasi ini dilakukan dengan  cara melihat respon siswa dan hasil belajar. Analisa ini akan menjadi bahan pertimbangan  bagi guru untuk menentukan  langkah  selanjutnya.  Apabila   tujuan  belum tercapai sepenuhnya  maka perlu dilakukan iterasi.

Langkah 10:
Merencanakan  tindak lanjut yang perlu dilakukan dari hasil evaluasi yang didapat.  Misalkan di pertemuan  selanjutnya guru dapat menggunakan  pendekatan rehearse and affirm untuk membangun  kepercayaan  diri siswa dalam menyampaikan pemahamannya.

Trending