Definisi Cold Calling
Cold Calling merupakan sebuah strategi yang digunakan guru dengan cara menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dan mendorong siswa untuk lebih aktif, fokus, dan mampu berpikir tanpa adanya dominasi dari siswa-siswa tertentu sebagai bentuk proses belajar para siswa. Dalam Cold Calling, pemahaman siswa dapat dibangun melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dan kualitas jawaban masing-masing siswa tentang pertanyaan yang diberikan.
Tujuan Cold Calling
Cold Calling mempunyai tujuan untuk membuat siswa terbiasa selalu fokus pada pelajaran, aktif dalam setiap aktivitas, tidak merasa dipaksa untuk menjawab pertanyaan, mampu berpartisipasi secara aktif, diikutsertakan dalam menjawab pertanyaan, dan berdiskusi. Setiap siswa mampu memberikan kontribusi, tanpa terkecuali dan tak ada satu pun siswa yang terabaikan atau tertinggal. Dan ketika Cold Calling sudah menjadi sebuah kebiasaan maka siswa terlatih untuk fokus menyimak, mendengarkan, dan memikirkan jawabannya dan secara tidak langsung Cold Calling mendorong mereka untuk terus berpikir. Hal ini memungkinkan guru untuk mengukur tingkat pemahaman siswa melalui kualitas respon yang disampaikan.
Pihak yang terlibat dalam Cold Calling
Dalam pembelajaran, Cold Calling melibatkan peran guru dan siswa. Semua pihak sudah mempunyai peran dan tugasnya masing-masing. Guru akan fokus memberikan pertanyaan, dimana pertanyaan tersebut sudah terukur dan disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa serta disusun berdasarkan tingkatan yang terendah hingga kompleks. Guru juga memberikan konfirmasi serta dorongan positif agar siswa dapat memberikan jawaban yang berkualitas.
Sedangkan tugas siswa harus fokus pada penjelasan guru, menjawab pertanyaan dan merefleksikan hasil pemahaman mereka. Apabila kedua pihak itu saling bekerja sama, maka mereka akan saling diuntungkan dan proses pembelajaran menggunakan Cold Calling dapat berjalan dengan baik.
Mengapa guru membutuhkan Cold Calling?
Strategi ini dapat menyeimbangkan kondisi kelas sehingga tidak ada siswa yang dominan dalam berpendapat saat berdiskusi. Guru juga memulai proses pembelajaran dengan mempersiapkan Prior Knowledge siswa terlebih dahulu. Hal ini akan membuat siswa melakukan proses berpikir sehingga mereka mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan kualitas yang baik. Siswa akan merasa lebih percaya diri ketika mereka mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Dengan demikian, ini mendorong mereka untuk lebih aktif dalam berpikir dan berpendapat di dalam kelas. Besar kemungkinan, mereka akan berani dan percaya diri dalam menjawab pertanyaan atau pun menyampaikan pendapat tanpa ditunjuk untuk pembelajaran selanjutnya. Ketika semua siswa sudah terlibat aktif dalam proses berpendapat dan berpikir, hal ini akan menguntungkan bagi guru karena proses pembelajaran akan berlangsung sebagai berikut:
1. Suasana pembelajaran di kelas lebih menarik dan tidak ada kelas yang monoton ataupun strategi ceramah.
2. Materi yang disampaikan akan lebih maksimal dan masuk ke Long Term Memory karena materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan siswa dan mudah dipahami.
3. Pemahaman yang didapat siswa akan seragam karena ada pengulangan informasi dan konfirmasi guru.
Apa yang harus dilakukan?
Pelaksanaan Cold Calling dilakukan dua arah, yaitu antara guru dan siswa agar tujuan tercapai. Guru dapat menggunakan 3 strategi Cold Calling, yaitu pre-call dengan menunjuk siswa untuk berpendapat setelah guru selesai menjelaskan, batched cold-call dimana guru menunjuk dua atau tiga siswa untuk berpendapat setelah guru selesai menjelaskan, atau rehearse and affirm, yaitu ketika guru memberikan soal latihan kepada siswa dan memilih jawaban yang paling berkualitas dari siswa, kemudian menunjuk siswa untuk berpendapat tentang jawaban itu. Strategi tersebut dapat diimplementasikan dalam kegiatan Cold Calling sesuai dengan langkah-langkah Cold Calling.
Langkah-langkah pelaksanaan Cold Calling
Guru harus mempersiapkan Cold Calling dengan perencanaan yang tepat agar tujuan dapat tercapai. Persiapan itu bisa dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru menentukan tujuan yang jelas berdasarkan realita yang terjadi sehingga mampu membuat siswa aktif untuk berpikir, berpendapat, fokus dan tidak ada dominasi antar siswa di dalam proses pembelajaran. Guru dapat menggunakan formula WDEP (Wants – Decision – Evaluate – Plan) dalam menyusun dan menentukan tujuan supaya lebih terarah dan tepat sasaran.
2. Guru mencari dan memilih data tentang kondisi siswa, Prior Knowledge siswa, materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa, dan data siswa yang aktif maupun pasif.
3. Guru memetakan materi dan membuat dan membuat daftar pertanyaan sesuai dengan kognitif siswa. Guru memilih pertanyaan dengan jenis pertanyaan terbuka yang dapat membuat siswa berpikir untuk memberikan penjelasan, bukan pertanyaan dengan jawaban singkat.
4. Guru menyosialisasikan kegiatan Cold Calling di dalam kelas agar siswa mempunyai Prior Knowledge dan memahami langkah-langkah kegiatan tersebut.
- Guru melaksanakan Cold Calling di dalam kelas dengan beberapa tahap, yaitu:
a. Kegiatan pembelajaran diawali dengan tahap pre-call, yaitu guru memanggil nama siswa yang akan menjawab pertanyaan. Nama yang terpanggil sudah disesuaikan dengan kemampuan kognitif per siswa. Pre call berguna untuk sosialisasi aktivitas apa saja yang akan dilakukan dalam kegiatan Cold Calling di dalam pembelajaran. Hal ini bertujuan agar Prior knowledge siswa tentang Cold Calling terbentuk serta membuat suasana yang mendukung berhasilnya pelaksanaan Cold Calling selama pembelajaran berlangsung.
b. Guru kemudian menjelaskan materi kepada siswa. Pemberian materi pun disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa. Materi yang diberikan tidak terlalu banyak, sehingga tidak akan overload dan akan dengan mudah masuk ke Long Term Memory siswa.
c. Guru memberikan sebuah pertanyaan yang sudah terukur dan disesuaikan dengan kemampuan kognitif setiap siswa. Dengan demikian dapat memancing keterlibatan siswa untuk berpikir dan memahami konsep yang dibahas pada saat itu.
d. Guru memberikan waktu berpikir pada siswa sebelum memberikan pendapat atas pertanyaan yang diberikan. Pemberian pertanyaan memperhitungkan durasi waktu pembelajaran agar siswa dapat memberikan jawaban yang berkualitas dan rasional.
e. Guru akan menunjuk siswa berdasarkan daftar nama siswa yang telah dibuat saat pre call untuk memberikan jawaban. Dengan demikian tidak ada siswa yang mendominasi untuk menjawab pertanyaan. Siswa tidak perlu mengangkat tangan, tetap fokus pada materi yang diberikan, dan siap untuk menjawab pertanyaan. Guru menunjuk siswa yang harus menjawab pertanyaan dan mendorong siswa agar berusaha berbicara dengan percaya diri, khususnya bagi siswa yang pasif di kelas dan sulit untuk menyampaikan pendapatnya.
f. Guru memberikan feedback sebagai respon terhadap jawaban yang disampaikan siswa. Dari feedback guru tersebut, diharapkan siswa lain juga bisa merespon atau memberikan pendapatnya saat guru memintanya.
g. Guru kemudian melempar pertanyaan kepada siswa lain untuk menjawab dan merespon kembali, hingga terjadi pembicaraan yang akan membuat siswa di kelas memahami materi yang diberikan.
h. Guru juga selalu memberikan dorongan apabila ada siswa yang kesulitan dalam menjawab. Adakalanya, guru akan meminta siswa menuliskan jawaban siswa di papan tulis sebagai bentuk konfirmasi dan juga sarana pendukung strategi apabila terdapat siswa yang malu dan tidak bisa mengutarakan pendapatnya secara lisan.
6. Guru membuat siswa terbiasa dengan kegiatan Cold Calling sehinggaa siswa mampu memberikan jawaban yang berkualitas dan lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya di depan teman sekelasnya tanpa ditunjuk lagi.
Dalam pelaksanaannya, tentu cold calling memiliki kelebihan dan kelemahan. Dilihat dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kelebihan Cold Calling
Bagi siswa:
- Siswa lebih siap dalam menerima pembelajaran dan mampu memberikan jawaban yang berkualitas.
- Siswa tidak ada yang mendominasi ataupun pasif karena semua berpartisipasi aktif dan merata dalam berpendapat dan berpikir.3. Siswa memperoleh Prior Knowledge yang seragam.
- Siswa akan lebih percaya diri untuk berpendapat.
- Siswa akan merasa dihargai ketika mendapatkan afirmasi positif dari guru.
Bagi Guru:
1. Guru mampu mengukur tingkat pemahaman siswa.
2. Guru dapat mengatur pembelajaran di kelas dengan baik.
3. Guru mampu membuat kelas yang seluruh siswanya berpikir dan aktif.
4. Guru mampu menyajikan strategi yang tidak monoton.
Kelemahan Cold Calling
1. Ada kecenderungan siswa trauma meski sudah dilakukan pre-call.
2. Tidak efektif apabila dilakukan di kelas besar.
3. Guru harus benar-benar menguasai data siswa dan materi.
4. Siswa yang tidak terpanggil saat pre-call tidak ada kemauan untuk berpikir.
5. Harus membentuk habit Cold Calling.
Approach & Procedure Cold Calling
Untuk mempersiapkan Cold Calling supaya dapat berhasil dengan baik, maka guru harus mampu melakukan approach dan procedure pelaksanaan Cold Calling dengan tepat, yaitu:
1. Menetapkan tujuan dari kegiatan Cold Calling.
Menetapkan tujuan diperlukan untuk menentukan arah dan target yang ingin dicapai serta memperbaiki realita. Tujuan dilakukannya Cold Calling adalah siswa mampu terlibat aktif, berpikir dan menyampaikan pendapat tanpa ada paksaan sehingga guru dapat mengukur pemahaman siswa melalui kualitas respon yang diberikan dan memastikan setiap siswa berkontribusi secara merata, tanpa terkecuali.
2. Memetakan materi dan mengelompokan kemampuan siswa
Guru melakukan pemetaan materi yang akan diberikan kepada siswa dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan materi, prior knowledge siswa, kemampuan menerima materi, serta data siswa yang aktif dan pasif saat diskusi kelas. Guru perlu memperhatikan kondisi siswa baik secara kognitif maupun perilaku. Dengan demikian guru dapat menentukan materi dan kategori siswa untuk melakukan Cold Calling agar lebih efektif.
3. Menentukan konsep yang akan digunakan untuk melakukan Cold Calling
Dari hasil pemetaan materi dan pengelompokan kemampuan siswa, guru dapat mengolah data tersebut menjadi sebuah informasi sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan konsep yang tepat saat melakukan Cold Calling. Dengan konsep yang tepat, siswa akan lebih siap dalam menerima pelajaran dan memiliki prior knowledge yang tepat.
4. Membuat skema penerapan Cold Calling
Skema dibuat berdasarkan tujuan, tingkat kemampuan kognitif serta keaktifan siswa. Skema tersebut berisi aktivitas yang akan dikerjakan selama Cold Calling, mulai dari menyiapkan materi, daftar pertanyaan beserta jawaban, dan daftar nama siswa sesuai batch Cold Calling.
5. Menentukan jenis strategi
Penentuan strategi bisa dilakukan berdasarkan tujuan dan tingkat kemampuan siswa. Guru dapat menggunakan pre-call (menunjuk siswa untuk berpendapat setelah guru selesai menjelaskan), batched-call (menunjuk dua atau tiga siswa untuk berpendapat setelah guru selesai menjelaskan) atau rehearse and affirm (Guru memberikan soal latihan kemudian memilih jawaban yang paling berkualitas dan menunjuk siswa untuk berpendapat tentang jawaban itu).
6. Menentukan alokasi waktu pelaksanaan Cold Calling
Pengalokasian waktu berfungsi sebagai timer yang mengatur durasi pelaksanaan Cold Calling sehingga akan lebih efektif. Dan durasi disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari Cold Calling. Misalnya, dalam satu pertemuan (2×40 menit) jika Cold Calling akan dilakukan saat recalling prior knowledge maka dapat dialokasikan kurang lebih10 menit untuk Cold Calling.
7. Melaksanakan Cold Calling
Guru dapat melakukan strategi penerapan Cold Calling dengan tekhnik pre-call, batched cold-call maupun rehearse and affirm. Pertama guru menyiapkan siswa dan memberikan pertanyaan diawali dengan pertanyaan yang sederhana, kemudian memberikan waktu untuk memahami pertanyaan dan memikirkan jawaban. Guru memilih siswa untuk menyampaikan pendapat mereka lalu guru memberikan tanggapan. Selanjutnya guru memilih siswa lain untuk merespon tanggapan tersebut. Dari respon siswa, guru mendapatkan data tentang keaktifan siswa saat berdiskusi, pemahaman materi siswa, fokus, maupun sikap yang terlihat saat siswa menjawab pertanyaan.
8. Menentukan strategi untuk mendukung Cold Calling
Guru dapat melakukan beberapa hal yang akan mendukung pelaksanaan Cold Calling, seperti: mempersiapkan kegiatan awal belajar yang menyenangkan dan menarik sehingga mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru membiasakan siswa untuk selalu fokus dan percaya diri saat berbicara. Guru memberikan penjelasan dan pertanyaan untuk semua siswa, memberikan waktu untuk berpikir dan berdiskusi.
9. Mengevaluasi pelaksanaan Cold Calling
Guru melakukan evaluasi dengan cara melihat respon siswa dan hasil belajar dengan menggunakan Cold Calling. Guru melakukan evaluasi pembelajaran secara rutin dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan untuk melihat keefektifan penerapan cold calling di kelas.
10.Melakukan perbaikan strategi dan melakukan iterasi.
Dari proses evaluasi didapat dua kemungkinan dari keefektivitas pelaksanaan Cold Calling. Kemungkinan pertama, proses pelaksanaan Cold Calling berhasil secara optimal bisa mencapai tujuan dan valuable. Kemungkinan kedua adalah hasil belum optimal, maka dimungkinkan adanya pengulangan materi, pembiasaan menggunakan Cold Calling dalam berdiskusi atau dapat juga dengan memberikan tambahan atau pendampingan pada siswa yang membutuhkan.





