Apakah yang dimaksud dengan Cold Calling?
Cold Calling adalah strategi pembelajaran  yang dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan  kelas inklusif dengan memilih siswa secara langsung untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dalam strategi Cold Calling semua siswa aktif berpikir, berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Saat guru memberikan pertanyaan, seluruh siswa harus berpikir untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Siswa menyadari bahwa guru bisa meminta siapa saja untuk menjawab,  sehingga  semua siswa harus mempersiapkan diri untuk membagikan  hasil pemikiran mereka.

Apa saja tujuan dari Cold Calling?
Tujuan penerapan strategi Cold Calling adalah:

1.  Menciptakan kelas inklusif.
Di dalam  kelas inklusif semua  siswa terlibat aktif tanpa terkecuali. Semua siswa mendapat  kesempatan  yang sama untuk berpikir dan menyampaikan pendapatnya,  tidak ada siswa yang mendominasi.

2.  Membentuk kebiasan baru.
Siswa terbiasa untuk berpikir setelah guru memberikan  pertanyaan. Selain itu, semua siswa terbiasa untuk terlibat aktif menyampaikan  hasil pemikirannya.

3.  Menyamakan standard pemahaman dan pencapaian siswa.
Guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman  siswa dari jawaban-jawaban yang mereka sampaikan.  Guru dapat menjelaskan ulang materi yang belum dipahami sehingga semua siswa mendapatkan pemahaman  yang sama. Dengan pemahaman yang sama, diharapkan siswa dapat mencapai hasil yang merata.

Siapa saja yang mendapatkan pengaruh Cold Calling?
Siswa dan guru mendapatkan pengaruh dari penerapan  strategi Cold Calling. Apabila Cold Calling dilakukan secara rutin, kebiasaan siswa dan guru di kelas akan berubah.  Siswa memiliki mental habit untuk aktif berpikir dan terlibat saat guru memberikan pertanyaan. Mereka siap menjawab saat guru meminta dan tidak khawatir seandainya  ternyata jawaban mereka salah karena mereka menyadari bahwa yang terpenting bukan jawaban  mereka namun proses berpikir yang mereka lakukan untuk mendapatkan  jawaban  tersebut. Seiring berjalannya waktu, siswa menjadi lebih percaya  diri untuk berpikir dan membagikan  hasil pemikiran mereka.

Sementara itu, penerapan Cold Calling juga berdampak positif bagi guru. Guru mempunyai  kesempatan  untuk memeriksa pemahaman  siswa secara langsung. Guru terbiasa menunjuk siswa secara  acak  untuk menjawab  pertanyaan, sehingga dominasi siswa high achiever dapat dikendalikan serta memberikan kesempatan  yang sama untuk siswa dengan pemahaman yang kurang. Saat ada siswa yang memberikan jawaban yang salah, guru segera mengetahui kesalahan tersebut dan membantu  proses  berpikir mereka untuk mendapatkan  jawaban  yang lebih tepat. Pada akhirnya guru dapat membangun pemahaman dan rasa percaya diri siswa.

Mengapa guru perlu menerapkan strategi Cold Calling?
Guru perlu menerapkan strategi Cold Calling karena guru perlu mengubah kebiasaan di kelas. Dengan menerapkan Cold Calling di kelas, guru akan mengubah kebiasaan siswa yang pasif menjadi lebih aktif berpikir. Kebiasaan berpikir tidak hanya dilakukan oleh beberapa  siswa yang dominan, namun menyeluruh dan merata.

Kemudian, siswa juga menjadi lebih percaya  diri untuk menjawab pertanyaan. Siswa yang tadinya kurang percaya diri atau ragu – ragu dengan hasil pemikiran mereka, menjadi lebih percaya diri karena guru menggunakan strategi yang ramah dan membangun.  Siswa merasa nyaman karena guru akan membimbing dengan memberikan arahan dan  instruksi saat mereka memberikan jawaban yang salah.

Bagaimana cara menerapkan Cold Calling?

Cara  untuk menerapkan  Cold Calling secara garis besar adalah guru melemparkan pertanyaan kepada  seluruh siswa kemudian memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan pertanyaan  tersebut. Setelah  itu guru akan menunjuk siswa untuk menjawab  pertanyaan,  kemudian  memberikan tanggapan atas jawaban siswa tersebut. Strategi Cold Calling dilaksanakan terus-menerus sehingga membentuk mental habit siswa. Siswa menjadi terbiasa untuk berpikir ketika guru memberikan pertanyaan, lalu memberikan jawaban saat mendapatkan giliran. Ada beberapa strategi Cold Calling yang bisa digunakan yaitu:

1.  Pre-Call
Dalam strategi Pre-Call, guru memberi tahu salah satu atau beberapa siswa bahwa guru akan meminta mereka memberikan tanggapan setelah guru selesai menjelaskan, membaca materi atau menonton video pembelajaran.  Dengan demikian siswa dapat menyiapkan diri dan lebih fokus memperhatikan, sementara siswa lain juga bersiap-siap karena ada kemungkinan mereka mendapatkan  giliran selanjutnya.

2.  Batched Cold-Call
Batched Cold-Call adalah strategi yang digunakan saat guru meminta sekelompok siswa untuk memberikan tanggapan dalam satu waktu. Siswa dapat mempersiapkan diri dengan  memperhatikan  penjelasan  guru. Lalu guru menindak lanjuti dengan  spread questions, siswa memberikan tanggapan berdasarkan jawaban dari siswa yang menjawab sebelum mereka.

3.  Rehearse and Affirm
Strategi ini memungkinkan  siswa untuk memberikan tanggapan dari pertanyaan guru secara non-verbal. Siswa memberi tanggapan dengan menulis di papan tulis atau di fitur chat pada pembelajaran online. Guru kemudian memilih beberapa jawaban yang benar atau menarik dan meminta siswa untuk menjelaskan jawaban mereka. Teknik ini dapat  meningkatkan rasa percaya diri siswa karena siswa tahu bahwa jawaban mereka benar atau menarik sebelum menjelaskan di kelas.

Apa saja langkah – langkah yang harus dilakukan?
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar Cold Calling dapat berjalan dengan baik. Pertama, guru perlu menyiapkan data-data yang dibutuhkan. Data-data tersebut adalah kemampuan  kognitif siswa dan keaktifan siswa saat belajar. Dengan mengetahui kemampuan  kognitif siswa, guru mengetahui siapa saja high achiever dan low achiever di kelas lalu dapat membuat perencanaan Cold Calling yang sesuai sehingga dominasi high achiever dapat dikendalikan. Selain itu, data mengenai  keaktifan siswa juga penting dalam perencanaan pelaksanaan Cold Calling. Apabila guru mengetahui  dengan  baik siapa saja siswa yang aktif dan kurang aktif, guru dapat membuat perencanaan Cold Calling yang sesuai dengan karakter siswa di kelas.

Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, guru menganalisa data- data tersebut sehingga menjadi informasi penting yang akan digunakan untuk merencanakan pelaksanaan cold calling. Informasi yang diperoleh akan diolah menggunakan knowledge yang dimiliki oleh  guru sehingga akan menghasilkan perencanaan cold calling yang sesuai dengan kebutuhan; apakah guru akan menggunakan  strategi Pre-Call, Batched Cold-Call, atau Rehearse and Affirm. Selain itu, guru perlu menyusun pertanyaan yang akan digunakan  saat Cold Calling dengan  baik sesuai dengan  kemampuan kognitif siswa di kelas.

Membentuk kebiasaan  baru siswa tentunya tidak dapat diperloleh secara instan. Ada kemungkinan terdapat kekurangan di awal penggunaan  Cold Calling yang perlu dievaluasi dan diperbaiki dalam perencanaan Cold Calling selanjutnya. Diperlukan usaha yang pasti, terus menerus dan berkelanjutan. Guru dan siswa perlu secara sadar dan disiplin mengubah  kebiasaan dan pola pikir, bahwa tanpa menggunakan Cold Calling maka siswa tidak akan belajar untuk aktif berpikir.

Apa saja manfaat Cold Calling?
Cold Calling memiliki beberapa manfaat untuk perkembangan  siswa di kelas. Penerapan strategi Cold Calling akan menciptakan  kelas inklusif sehingga membentuk lingkungan yang mendukung proses belajar siswa. Kondisi lingkungan yang mendukung sangat berpengaruh terhadap proses masuknya informasi ke dalam otak siswa. Apabila siswa berada  dalam lingkungan yang baik dan mendukung, siswa akan lebih fokus sehingga lebih mudah menerima informasi yang masuk ke otak. Saat siswa fokus berpikir, informasi yang telah mereka terima dapat mereka olah dengan menggunakan prior knowledge yang mereka miliki. Siswa yang memiliki prior knowledge yang baik tentang pertanyaan yang diberikan oleh guru akan lebih mudah menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Apa saja kelemahan Cold Calling?
Strategi Cold Calling memiliki beberapa  kelemahan. Saat guru menerapkan  strategi Cold Calling dalam kelas besar, guru akan menemui kesulitan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa karena keterbatasan waktu. Selain itu terdapat resiko siswa akan kehilangan fokus saat menunggu  giliran untuk menjawab  pertanyaan.  Guru dapat  menerapkan strategi Batched Cold-Call untuk mengatasi  masalah  – masalah tersebut. Dengan menerapkan  strategi ini guru dapat menunjuk beberapa siswa sekaligus. Lalu guru menindak lanjuti dengan  spread questions. Guru melemparkan pertanyaan lanjutan berdasarkan jawaban siswa sebelumnya, kepada siswa yang belum mendapatkan giliran. Dengan demikian siswa tetap fokus mendengarkan jawaban teman yang sedang mendapat giliran.

Adanya siswa yang kurang aktif dan kurang percaya  diri di dalam kelas juga merupakan tantangan pelaksanaan Cold Calling. Siswa – siswa tersebut membutuhkan  waktu yang lebih lama untuk menjadikan  Cold Calling sebagai habit baru. Guru dapat menggunakan strategi think,  pair, and share bagi siswa yang kurang aktif dan kurang percaya diri. Dalam strategi think,  pair, and share siswa akan bertukar pendapat  dengan  siswa yang lain sebelum  menyampaikannya  di kelas. Mereka berdiskusi terlebih dahulu sehingga mereka lebih yakin dengan jawaban mereka. Dengan demikian mereka menjadi lebih percaya  diri saat menyampaikan pendapat mereka di kelas.

Approach and Procedures Cold Calling
Agar pelaksanaan Cold Calling di kelas berjalan lancar, guru perlu melakukan persiapan. Berikut ini adalah  10 langkah persiapan Cold Calling yang dapat menjadi panduan bagi guru.

1.   Menetapkan tujuan yang ingin dicapai dengan Cold Calling.
Tujuan Cold Calling adalah  untuk menciptakan kelas inklusif dan  kebiasaan baru dimana  semua  siswa aktif berpikir, berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan di kelas. Sehingga tidak ada dominasi high achiever dan pencapaian hasil belajar lebih merata. Dengan menetapkan tujuan di awal, guru memiliki arah yang jelas serta standard pemahaman dan pencapaian siswa.

2. Memetakan  dan mengkategorikan  kemampuan  kognitif dan keaktifan siswa dalam belajar.
Kemampuan dan keaktifan siswa sangatlah beragam, oleh karena itu guru perlu mengumpulkan data kemudian memetakan dan mengkategorikannya. Dengan demikian, guru dapat menentukan langkah yang harus diambil sesuai dengan kebutuhan kelas.

3. Menyampaikan  tujuan Cold Calling kepada siswa.
Siswa perlu mengetahui tujuan pelaksanaan  Cold Calling di dalam kelas. Dengan mengetahui tujuan, siswa memahami  ekspektasi pelaksanaan  Cold Calling. Ekspektasi yang dimaksud misalnya saat guru memberikan pertanyaan semua  siswa harus aktif berpirkir dan siap apabila guru meminta mereka menjawab.

4. Menentukan alokasi waktu yang diperlukan.
Guru menentukan durasi waktu Cold Calling yang dibutuhkan supaya penggunaan Cold Calling berjalan optimal. Misalnya dalam satu jam pelajaran guru akan memberikan penjelasan selama 15 menit, lalu menggunakan  cold calling untuk memeriksa pemahaman siswa selama 20 menit.

5. Menentukan strategi Cold Calling.
Strategi Cold Calling disusun sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan juga data kognitif dan perilaku siswa yaitu untuk membentuk kebiasaan baru di kelas. Kebiasaan baru tersebut adalah  semua  siswa aktif berpikir, berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan di kelas.

6. Menentukan cara pelaksanaan Cold Calling.
Pelaksanaan Cold Calling bisa dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada  semua siswa di kelas terlebih dahulu, kemudian guru memberikan waktu kepada  semua  siswa untuk berpikir. Setelah itu, guru memilih satu atau beberapa siswa untuk menjawab  pertanyaan lalu merespons jawaban dari siswa tersebut serta menindaklanjuti dengan  spread questions. Guru dapat menggunakan Pre-Call, Batched Cold-Call atau Rehearse and Affirm sesuai dengan kebutuhan kelas.

7.   Menentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan.
Guru menentukan pertanyaan yang sesuai dengan  tujuan cold calling, alokasi waktu, strategi dan juga kemampuan  siswa. Untuk membantu  pemahaman siswa, guru perlu menyiapkan rangkaian pertanyaan yang terstruktur dimulai dari pertanyaan sederhana hingga pertanyaan yang lebih kompleks. Pertanyaan yang dibuat dari level yang mudah akan membuat semua siswa, baik siswa low achiever maupun high achiever, mau memikirkan jawaban  dan lebih percaya diri saat diminta untuk menjawab  karena mereka yakin dengan  jawaban mereka.

8. Menentukan skema pelaksanaan Cold Calling.
Guru perlu menentukan skema pelaksanaan Cold Calling untuk memperjelas rencana pelaksanaan Cold Calling. Skema berisi detail informasi yaitu strategi yang akan digunakan, cara pelaksanaan Cold Calling, alokasi waktu, pertanyaan yang akan diberikan, dan juga media yang akan digunakan. Penentuan skema pelaksanaan Cold Calling ini dibuat atas persetujuan dari supervisor.

9.  Mengevaluasi perencanaan pelaksanaan Cold Calling.
Rencana pelaksanaan Cold Calling yang telah dibuat perlu dievaluasi kembali untuk meminimalisir resiko kegagalan dan memastikan supaya pelaksanaan Cold Calling dapat berjalan secara optimal. Guru mengevaluasi rencana pelaksanaan Cold Calling yang telah dibuat dengan  melihat kembali apakah strategi serta data-data  yang digunakan  sudah relevan dengan  tujuan yang ingin dicapai atau belum. Dengan begitu, jika ada hal-hal yang belum sesuai dengan tujuan, guru dapat memperbaiki kembali rencana tersebut.

10. Merencanakan perbaikan sesuai hasil evaluasi.
Guru perlu membuat rencana perbaikan berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Jika ditemukan data-data  atau strategi belum sesuai dengan  tujuan Cold Calling, guru dapat melakukan iterasi mulai dari tahap pemetaan kemampuan  kognitif dan perilaku siswa kemudian dilanjutkan pada langkah- langkah berikutnya sehingga  ditemukan ide-ide baru dalam perencanaan pelaksanaan cold calling yang sesuai dengan  tujuan yang ingin dicapai. Dengan  demikian, kualitas rencana semakin baik dan resiko kegagalan dapat dihindari.

Trending