Apa itu Cold Calling?
Cold calling adalah  sebuah  strategi yang digunakan  oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif. Strategi cold calling memberikan kesempatan agar setiap siswa dapat berpartisipasi untuk menjawab  pertanyaan. Saat setiap siswa mendapatkan kesempatan  untuk menjawab  pertanyaan, mereka akan merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran.  Setelah siswa menjawab pertanyaan, guru akan memberikan pertanyaan lanjutan mengenai  proses mereka dalam menemukan jawaban tersebut. Dengan demikian, guru dapat memahami sejauh mana pemahaman  siswa terhadap materi.

Apa tujuan penggunaan Cold Calling di kelas?
Inti dari cold calling adalah  untuk mengondisikan  siswa siap untuk menjawab pertanyaan.  Hal ini dilakukan guru dengan  mengajak  setiap siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi. Tujuan melibatkan semua siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi adalah agar kelas tidak didominasi oleh siswa tertentu saja.  Cold calling juga membiasakan siswa untuk melatih proses  berpikirnya. Saat siswa terbiasa untuk berpikir, mereka belajar. Berikut adalah beberapa tujuan penggunaan  cold calling di kelas:

• Melatih siswa menjadi active learner.
Siswa dapat menjadi active learner saat mereka terlibat aktif dalam  pembelajaran. Terlibat aktif berarti siswa menjadi bagian dalam proses pembelajaran, mereka fokus, dan mampu memberikan respon.

• Melatih siswa fokus kepada  pembelajaran.
Saat menjawab pertanyaan, mereka sebenarnya sudah melalui serangkaian proses yang dimulai dari mendengarkan pertanyaan yang disampaikan,  berpikir untuk menemukan jawaban,  hingga akhirnya mereka dapat merespon (menyampaikan jawaban).

• Melatih siswa agar mempunyai kepercayaan diri.
Dalam cold calling, tidak ada siswa yang dominan menjawab pertanyaan karena semua siswa akan diberi kesempatan  yang sama untuk menjawab  pertanyaan. Memberikan kesempatan yang sama bagi siswa untuk berpartisipasi dapat menstimulasi siswa untuk lebih percaya  diri menjawab  pertanyaan.

• Mengasah  keterampilan siswa dalam berkomunikasi.
Ketika siswa mendapatkan  kesempatan  untuk menjawab  pertanyaan,  mereka sebenarnya sedang melatih skill communication yang dimiliki.

• Mengondisikan  kelas yang aktif dengan  melibatkan seluruh siswa tanpa adanya dominasi dari siswa-siswa tertentu.
Guru telah menetapkan setiap siswa harus menjawab  pertanyaan. Dengan demikian tidak akan ada dominasi siswa yang aktif untuk menjawab  pertanyaan.

• Mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.
Melalui jawaban yang diberikan siswa, guru akan tahu sampai sejauh mana siswa memahami  materi pembelajaran. Jika jawaban  siswa salah, maka guru akan memberikan feedback  berupa  koreksi hingga  mereka memperoleh pemahaman yang benar.  Jika jawaban  siswa sudah benar,  guru akan memberikan pertanyaan lanjutan mengenai  cara mereka dalam menemukan jawaban. Dengan demikian pemahaman  siswa semakin optimal.

Siapa yang menjadi sasaran dari cold calling?
Cold calling menyasar siswa sebagai  sasarannya. Konsisten dalam menerapkan cold calling dapat membentuk mental habit siswa dalam merespon karena cold calling melatih siswa untuk mendengarkan, terlibat dalam pembelajaran, dan menggunakan kemampuan  berpikirnya untuk menemukan  jawaban.  Selain itu, mereka akan memiliki kesadaran  untuk bertanggung jawab saat belajar.

Mengapa kita harus menggunakan cold calling dalam pembelajaran?
Ada beberapa alasan yang mendasari guru menggunakan cold calling dalam pembelajaran:

a)   Melatih proses berpikir siswa.
Proses belajar hanya bisa dicapai jika siswa berpikir. Pada cold calling, guru mengajak setiap siswa untuk merespon pertanyaan sehingga  kelas tidak didominasi oleh siswa yang aktif saja.  Sebelum  menjawab  pertanyaan,  siswa harus memahami  pertanyaan yang disampaikan  kemudian berpikir untuk memberikan jawaban.  Dengan  demikian proses berpikir siswa akan berjalan. Hal ini akan mengasah  kemampuan  berpikir mereka sehingga  informasi yang disampaikan dapat diproses ke dalam working memory dan selanjutnya dapat masuk ke long term memory siswa.

b)   Mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.
Jawaban yang diberikan siswa adalah data yang penting bagi guru. Karena melalui jawaban yang disampaikan, guru dapat mengetahui seberapa dalam pemahaman siswa atas materi pembelajaran.  Saat jawaban yang diberikan siswa salah, guru akan memberikan feedback  berupa koreksi agar mereka paham letak kesalahan mereka. Saat jawaban siswa benar pun, guru tetap memberikan feedback  berupa pertanyaan lanjutan mengenai bagaimana  cara mereka menemukan  jawaban  tersebut. Pemberian feedback  ini dapat menjadi stimulus agar siswa memiliki pemahaman yang lebih dalam.

c)   Melatih kepercayaan  diri siswa.
Karakter siswa di dalam  kelas berbeda-beda.  Di dalam kelas bisa terdapat siswa yang memiliki karakter pemalu  dan sulit untuk mengungkapkan idenya. Pada metode cold calling, guru memfasilitasi siswa dengan  karakter pemalu  atau kurang percaya diri dengan  melakukan pair share. Dengan pair share, siswa bekerja secara berpasangan, dengan harapan mereka dapat saling bertukar ide untuk melengkapi  jawaban.  Dengan  demikian,  siswa yakin atas jawaban  yang diberikan.

d)   Melatih kemampuan komunikasi siswa.
Ketika cold calling digunakan secara konsisten, guru dapat membantu siswa yang kurang percaya diri untuk meningkatkan kemampuan  komunikasinya.  Sebagai contoh jika menggunakan metode pair share, siswa dapat berlatih dengan pasangannya terlebih dahulu sebelum menyampaikan jawaban di depan kelas. Selain itu, metode rehearse and affirm juga bisa digunakan dengan cara siswa menjawab pertanyaan secara tertulis, kemudian guru memberikan feedback  yang positif. Hal tersebut membuat siswa termotivasi dalam menjawab  pertanyaan.

e)   Menciptakan kelas yang kondusif.
Cold calling melibatkan semua  siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, sehingga kelas tidak didominasi oleh kelompok siswa yang aktif saja. Dengan  demikian kondisi kelas menjadi kondusif dan menyenangkan sehingga informasi yang diberikan guru dapat diterima siswa secara  maksimal.

Bagaimana  kita melakukan cold calling di kelas?
Sebagai salah satu strategi pembelajaran  yang efektif, cold calling mampu menstimulasi siswa untuk berpikir. Strategi ini membiasakan proses berpikir siswa menjadi lebih runtut dan sistematis sehingga  hasil belajar yang didapatkan  semakin maksimal.

Guru harus memahami  prinsip masuknya informasi ke dalam otak. Informasi dapat tersimpan di long term memory apabila  siswa memiliki prior knowledge yang berkaitan dengan  materi yang diberikan. Selain itu, prior knowledge dapat mendukung informasi baru apabila lingkungan belajar menyenangkan.

Langkah apa yang diperlukan dalam penggunaan  cold calling? Agar cold calling dapat berjalan dengan maksimal, guru harus paham tujuan dari cold calling. Dengan memahami tujuan, guru bisa mendapatkan gambaran  jelas tentang hasil yang akan dicapai. Selain itu, penting bagi guru untuk paham  akan teori dan langkah dari cold calling.

Ada beberapa langkah yang digunakan dalam cold calling:

1.  Memberikan  pertanyaan untuk seluruh siswa.
2.  Memberikan waktu berpikir kepada  siswa.
3.  Guru memilih siswa untuk menjawab  pertanyaan.
4.  Guru memberikan respon terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa
5.  Guru menunjuk siswa lain untuk menjawab  pertanyaan dan kembali memberikan respon.

Guru juga dapat memilih strategi mana dari cold calling yang akan diterapkan, yang meliputi pre call, batched cold call, atau rehearse and affirm.

Apa kelebihan dari cold calling?
Cold calling memiliki kelebihan yang dapat memaksimalkan proses pembelajaran. Kelebihan tersebut antara lain:

a.   Cold calling melatih siswa untuk fokus pada pembelajaran.
Pada cold calling,  setiap siswa mendapatkan  kesempatan  untuk menjawab pertanyaan. Sebelum siswa menjawab pertanyaan, guru terlebih dahulu mengondisikan  suasana belajar yang nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang mudah dipahami.  Selain itu penggunaan warm invitation juga dapat membuat siswa merasa dilibatkan dalam pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan menjadi lebih siap dalam menjawab pertanyaan yang diberikan dan fokus pada pembelajaran.

b.   Cold calling membantu siswa untuk memiliki kebiasaan  dalam merespon.
Apabila cold calling diberikan di kelas secara konsisten, maka siswa terbiasa dalam merespon. Karena pada cold calling setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

c.   Cold calling membantu siswa untuk lebih percaya diri saat berkomunikasi.
Saat siswa terbiasa dalam merespon pertanyaan, maka kemampuan dalam berkomunikasi dapat meningkat. Guru juga harus memberikan feedback yang positif. Dari pemberian  feedback yang positif, siswa mampu meningkatkan kepercayaan  dirinya karena mereka merasa diapresiasi.

d.   Cold calling dapat menjadi sarana guru untuk mencari data siswa.
Jawaban yang diberikan siswa mampu menjadi data yang dapat membantu guru untuk merancang kegiatan belajar yang lebih efektif.

Apa kelemahan  dari cold calling?
Selain memiliki kelebihan,  cold calling juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a.   Karakter yang dimiliki siswa beragam.
Beberapa  siswa memiliki karakter yang aktif, pasif, dan bahkan malu dalam merespon. Untuk memfasilitasi hal ini, guru dapat membangun lingkungan belajar yang nyaman. Selain itu, pemberian feedback  yang positif dari guru dapat membantu  siswa untuk lebih percaya diri karena  mereka merasa respon yang diberikan diapresiasi oleh guru.

b. Cold calling dapat memperlambat proses pembelajaran jika strategi yang dilakukan salah.
Untuk mengantisipasi  hal ini, guru dapat menggunakan metode in pairs. Dengan menggunakan metode ini, siswa dapat bertukar ide dengan  teman dan dapat saling memeriksa jawaban sebelum mereka mengemukakannya. Bekerja secara  in pairs bisa melatih siswa untuk membangun kepercayaan diri dan kemampuan berkomunikasinya. Selain itu, strategi rehearse and affirm juga dapat memfasilitasi permasalahan  ini. Guru akan meminta siswa untuk menuliskan jawaban, kemudian guru memilih jawaban yang dianggap  menarik untuk digali lebih dalam.

Apa saja prosedur dan pendekatan cold calling?
Terlepas dari kelebihan  dan kelemahan  yang dimiliki cold calling,  strategi ini dapat diterapkan pada proses pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang aktif. Berikut ini adalah  10 prosedur dan pendekatan cold calling:

1.   Menetapkan tujuan cold calling.
Di langkah awal guru menetapkan tujuan yaitu untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan dicapai dalam penggunaan cold calling. Tujuan tersebut diantaranya untuk mengajak  siswa berpikir, berpartisipasi secara aktif, melatih untuk lebih fokus, menyimak dan memikirkan jawabannya.  Tujuan yang dibuat harus spesifik, bisa dicapai,  realistis, dan memiliki batas waktu tertentu.

2.   Memetakan dan mengelompokkan kemampuan siswa.
Langkah ini dilakukan sebagai bagian pencarian data terhadap siswa. Dari langkah ini bisa diperoleh data spesifik mengenai kemampuan akademik siswa dan tingkat partisipasi siswa. Dari data tersebut, guru dapat mengelompokkan kemampuan  akademik siswa, mulai dari siswa yang high, medium, low. Selain itu, guru dapat mengelompokkan  siswa yang aktif dan pasif. Manfaat dari langkah ini, guru dapat menggunakan cold calling sesuai dengan kebutuhan dan karakter siswa sehingga valuable outcome.

3.   Menentukan konsep  yang akan digunakan  untuk melakukan cold calling.
Menentukan konsep  diperlukan untuk memastikan kegiatan apa saja yang dapat digunakan  untuk menerapkan cold calling. Misalnya, penerapan cold calling dapat diterapkan melalui kegiatan penyampaian  materi, tanya jawab,  diskusi, membahas latihan, dst.

4.   Membuat skema penerapan cold calling.
Skema ini berupa rancangan  awal yang akan dilakukan. Skema ini harus berisi informasi yang detail. Misalnya, kegiatan cold calling dilaksanakan 8 kali pertemuan dalam satu semester pada materi pembagian  dan perkalian di pelajaran Matematika. Level yang digunakan  adalah  Primary 2.

5.   Menentukan alokasi waktu yang tepat untuk pelaksanaan  cold calling.
Setelah membuat skema penerapan cold calling, langkah selanjutnya adalah menentukan alokasi waktu. Langkah ini bertujuan agar pelaksanaan cold calling lebih terarah dan optimal. Misalnya, dalam 1 kali pertemuan penyampaian  materi, berapa  lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan  cold calling.

6.   Menentukan topik atau materi yang akan digunakan  untuk menerapkan  cold calling.
Dalam menentukan materi, guru harus mempertimbangkan kemampuan berpikir siswa agar materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Jika materi yang disampaikan  terlalu sulit, tentunya akan berdampak pada kemampuan siswa dalam menjawab  pertanyaan. Materi yang digunakan  juga harus disusun secara terstruktur dan sistematis. Tujuannya agar materi dapat diproses oleh otak dan tersimpan di long term memory.

7.   Merancang pertanyaan yang akan ditanyakan dalam cold calling.
Tujuannya agar pertanyaan yang akan disampaikan relevan dengan  materi atau topik yang dibahas  dan mudah dipahami  siswa. Pertanyaan disusun dengan mempertimbangkan Bloom’s Taxonomy yang dimulai dari remembering agar siswa dapat memproses informasi dengan baik. Setelah itu, guru perlu menyiapkan prediksi jawaban siswa dan memberikan feedback yang positif.

8.   Menentukan strategi penerapan  cold calling.
Strategi yang tepat perlu diterapkan agar pelaksanaan  cold calling dapat berjalan dengan  maksimal. Strategi ini berupa alur pemberian  cold calling yang dimulai dari:

(a) Memberikan pertanyaan kepada siswa.
(b) Memberikan waktu berpikir.
(c) Memilih siswa yang akan menjawab.
(d) Memberikan respon dari jawaban siswa.
(e) Melanjutkan pertanyaan ke siswa lainnya sampai smua siswa mendapat pertanyaan.

Guru juga dapat memilih strategi mana dari cold calling yang akan diterapkan yang meliputi pre-call, batched cold call, atau rehearse and affirm disesuaikan dengan topik, jenis pertanyaan, aktivitas, alokasi waktu serta kemampuan  siswa.

9.   Menentukan strategi untuk mendukung  cold calling.
Setelah guru menentukan strategi penerapan  cold calling, langkah selanjutnya adalah  menentukan  strategi untuk mendukung  cold calling. Strategi tersebut diantaranya, melakukan recalling prior knowledge siswa, menyiapkan materi pembelajaran yang menarik dengan menggunakan video, ppt, maupun game.

10. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan cold calling pada setiap kurun waktu tertentu.
Evaluasi diperlukan untuk melihat kelebihan dan kekurangan selama penggunaan cold calling. Apabila ada kekurangan, guru perlu mencari tahu kendala apa saja yang membuat cold calling tidak berjalan dengan baik. Misalnya, materi pembelajaran  susah dipahami siswa, penyampaian materi pembelajaran  kurang menarik, atau kepercayaan  diri siswa yang rendah utuk menjawab  pertanyaan. Langkah selanjutnya melakukan iterasi menuju perbaikan rencana pembelajaran berikutnya.

Trending